Ketakutan Dunia Soal Resesi Bikin Harga Timah Lesu

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
28 September 2022 15:14
PT Timah memusatkan produksi sumber daya timahnya di pulau Bangka, yang terdiri dari penambangan, pengolahan, pemurnian, peleburan, hingga penjualan.
Foto: PT Timah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah dunia terpantau melemah pada sesi perdagangan hari di tengah berbagai proyeksi buruk tentang ekonomi global sehingga kekhawatiran resesi kian nyata.

Harga timah di pasar logam dunia, London Metal Exchange (LME) pada Rabu (28/9/2022), pukul 14:20 WIB tercatat US$ 20.400 per ton, melemah 1,35% dibandingkan harga penutupan kemarin yakni US$ 20.680 per ton.

Harga timah hari ini kembali diperdagangkan di level US$ 20.000 yang tergolong masih berada dalam tren yang rendah. Harga timah masih lesu akibat tak seimbangnya permintaan dan penawaran pasca perang Rusia-Ukraina meletus.

Persediaan timah di gudang yang dipantau oleh bursa logam London (LME) terus menumpuk. Berdasarkan pantauan Tim Riset CNBC Indonesia pada 27 September 2022 persediaan timah di gudang LME tercatat 5.080 ton, turun 1,45% dari hari sebelumnya, tetapi masih naik 75,64%point-to-point (ptp) sejak awal bulan Juni lalu yakni sebesar 2.935 ton.

Banyak ekonom yang telah memperkirakan bahwa dunia akan terjun bersama-sama ke jurang resesi pada 2023. Resesi ini tentunya dipicu oleh inflasi yang meninggi akibat melesatnya harga pangan dan energi di sejumlah negara, khususnya Eropa dan AS. Inflasi tinggi memicu bank sentral di negara maju menaikkan suku bunga dan mengetatkan likuiditas.

The Fed telah secara agresif menaikkan suku bunga sebesar 300 basis poin sepanjang tahun ini dan melihat siklus kenaikan suku bunganya berakhir pada 2023 pada 4,50%-4,75% karena berjuang untuk memadamkan serangan inflasi tertinggi sejak 1980-an.

Analis memperkirakan kisaran target akan mencapai 4,75%-5,00% pada kuartal pertama 2023, termasuk kenaikan 75 bps pada pertemuan 2 November dan kenaikan 50 bps pada pertemuan kebijakan 14 Desember.

"Ekonomi menunjukkan tanda-tanda ketahanan, yang akan memerlukan lebih banyak pengetatan moneter untuk memperlambat pertumbuhan cukup untuk membawa inflasi kembali ke target Fed 2%," kata para analis, yang dipimpin oleh kepala ekonom Jay Bryson yang dikutip dari Reuters.

Arah suku bunga ke depan yang dirilis oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC). Dalam proyeksinya, FFR bisa sampai 4,4% akhir tahun ini.

Dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi di depan mata, pertumbuhan ekonomi global juga tampak goyah, mengancam permintaan logam industri termasuk timah maka harga pun akan tertekan.

Sementara itu, menguatnya dolar AS akan membatasi pergerakan harga timah. Dolar yang menguat menjadi sentimen negatif bagi timah yang di banderol dengan greenback sebab menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Permintaan turun, maka harga mengikuti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum) Next Article Breaking News: Harga Timah Lompat 7%!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular