Stafsus Sri Mulyani Bantah Pesona Surat Utang RI Redup
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membantah bahwa daya tarik surat utang pemerintah yang berkurang menjadi penyebab sepinya minat asing dalam memborong obligasi Indonesia.
Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo menegaskan minat asing yang turun lebih dipengaruhi oleh kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS). Adapun, daya tarik surat utang pemerintah tetap kuat sejalan dengan kinerja ekonomi Indonesia yang solid. Menurutnya, dibandingkan beberapa negara, tingkat inflasi Indonesia cukup moderat.
"Kebijakan moneter AS membuat investor di emerging countries menarik dananya lalu kembali ke AS," ungkap Yustinus, Rabu (18/9/2022).
"Yang terjadi memang ada capital outflow, tapi bukan karena SBN kita tidak menarik," ujarnya.
Yustinus pun tidak membenarkan bahwa lelang SBN yang tidak laku membuat pemerintah 'mengecer' lewat penerbitan obligasi ritel. Menurutnya, penerbitan obligasi di dalam negeri dilakukan sejalan dengan prinsip mengurangi kepemilikan asing dalam surat utang Indonesia.
"Langkah ini yang diambil dan terus disempurnakan. Hasilnya seperti kita lihat: porsi utang terbesar dalam rupiah dengan investor domestik. Lalu kok ritel?," ujarnya.
Sementara itu, penerbitan obligasi ritel didorong sebagai bagian pendalaman pasar keuangan, terutama untuk pasar domestik.
"Obligasi ritel menjadi alternatif investasi yang menarik, karena aman dan kompetitif," jelas Prastowo.
Pemerintah diketahui telah menerbitkan instrumen obligasi negara ritel (ORI) seri ORI022 yang akan ditawarkan secara online (e-SBN) dengan kupon tetap sebesar 5,95 persen per tahun. Dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan dan Pembiayaan Risiko Kementerian Keuangan, masa penawaran ORI022 akan dibuka pada 26 September 2022 pukul 09.00 WIB sampai 20 Oktober 2022 pukul 10.00 WIB.
Di sisi lain, lelang tujuh seri Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (27/9/2022), tercatat sepi peminat asing. Penawaran yang masuk dari investor asing pada lelang Surat Utang Negara (SUN) tersebut bahkan menjadi yang terendah kedua sepanjang 2022.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, total penawaran yang masuk dalam lelang SUN tersebut mencapai Rp 23,67 triliun. Jumlah tersebut adalah yang terendah kedua sepanjang tahun ini setelah lelang pada 10 Mei 2022 (Rp 19,74 triliun).
(haa/haa)