Ekspor RI Rekor, IHSG Malah Dibuka Merah Ikutan Wall Street
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka melemah pada perdagangan Selasa (27/9/2022).
IHSG drop 0,13% di 7.117,94 pada awal perdagangan merespons indeks saham Wall Street yang lagi-lagi kebakaran dini hari tadi. Selang 5 menit IHSG terpantau masih merah 0,13% di 7.118,51.
Pasar saham AS ditutup ambrol lagi pada perdagangan perdananya pekan ini di tengah gejolak kenaikan suku bunga The Fed serta proyeksi mengejutkan terkait arah suku bunga ke depan yang lebih agresif oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) sehingga memicu kekhawatiran resesi.
Dow Jones Industrial Average ambles 329,6 poin, atau 1,11%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq ditutup masing-masing ambrol 1,03% dan 0,6%.
S&P 500 mencatat penutupan terendah baru untuk 2022 dan Dow Jones Industrial Average tergelincir ke pasar bearish karena suku bunga melonjak serta gejolak mengguncang mata uang global.
Hingga hari ini sentimen utama masih didominasi oleh keputusan hasil rapat pejabat bank sentral serta proyeksi yang mengejutkan dari suku bunga The Fed.
Diketahui, otoritas moneter AS tersebut terhitung telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 5 kali. Pertama dilakukan pada Maret 2022 sebesar 25 bps. Selanjutnya di bulan Mei sebesar 50 bps.
Kemudian di bulan Juni, Juli dan terakhir September, The Fed menaikkan masing-masing 75 bps. Pelaku pasar tidak hanya menyorot soal kenaikan suku bunga acuan di bulan September karena memang sudah diantisipasi.
Namun pelaku pasar was-was terhadap ungkapan Ketua The Fed yang memberikan sinyal akan membawa suku bunga menjadi 4,4% pada akhir 2022 mendatang dan menaikkan 4,6% untuk perkiraan tahun depan. Efek pengetatan ini, konsensus memperkirakan akan ada kenaikan 75 bp di bulan November.
Inilah yang menjadi ketakutan di pasar dan akan terasa di seluruh pasar baik itu pasar saham, tenaga kerja, serta perumahan.
Namun dalam meredam inflasi yang telah mencapai level tertingginya, Powell tidak pernah mengatakan bahwa resesi adalah proyeksinya, meskipun para ekonom di Nomura memperkirakan AS akan masuk ke jurang resesi tahun ini.
Potensi resesi global semakin nyata dan nyaring bunyinya. Pelaku pasar makin khawatir akan perekonomian global yang kembali lesu ke depannya.
Negara-negara akan kembali mengalami perlambatan ekonomi dan tingkat pengangguran akan mengalami kenaikan akibat dari resesi global.
Dari dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa kinerja perekonomian nasional hingga paruh pertama tahun 2022 masih menunjukkan tren positif, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,44%. Indikator dini ekonomi Indonesia hingga Agustus 2022 masih menunjukkan keberlanjutan tren pemulihan meskipun beberapa risiko tetap harus diwaspadai.
Bahkan, ekspor pada bulan Agustus 2022 tercatat US$ 27,91 miliar. Sedangkan, neraca perdagangan pada bulan Agustus melanjutkan surplus pada 28 bulan terakhir, sebesar US$ 5,76 miliar, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Secara kumulatif surplus neraca perdagangan mencapai US$ 34,92 miliar.
"Ekspor pada bulan Agustus 2022 tercatat US$ 27,91 miliar (tertinggi dalam sejarah)," tulis Sri Mulyani dalam akun sosial media Instagram, Selasa (27/9/2022).
Menurutnya, optimisme konsumen kembali tinggi ditunjukkan oleh indeks penjualan ritel yang masih terus tumbuh, sehingga konsumsi masyarakat diperkirakan masih cukup kuat di kuartal III 2022. "Konsumsi listrik dari kegiatan bisnis dan industri, serta PMI manufaktur masih menunjukkan peningkatan," ucapnya.
Hal ini mendorong optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 akan menguat dibandingkan kuartal II 2022. "Dukungan kebijakan suku bunga oleh Bank Indonesia juga menjadi upaya untuk menurunkan ekspektasi inflasi ke depannya," tuturnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)