
Rupiah Sudah di Rp 15.150/US$, Sinyal Penguatan Tak Terlihat!

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah jeblok lagi melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Selasa (27/9/2022). Indeks dolar AS yang terus menanjak membuat rupiah kesulitan menguat.
Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan di Rp 15.125/US$, sama persis dengan penutupan perdagangan Senin kemarin. Setelahnya rupiah langsung melemah 0,17% ke Rp 15.150/US$ pada pukul 9:07 WIB.
Indeks dolar AS pada perdagangan Senin kembali melesat 0,8% ke114,02 yang merupakan level tertinggi sejak Mei 2002. Sementara pagi ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut turun 0,3% ke 113,77.
Terus melesatnya indeks dolar AS tidak lepas dari The Fed (bank sentral AS) yang menegaskan masih akan terus menaikkan suku bunga hingga tahun depan guna menurunkan inflasi kembali ke 2%.
Namun, menurut Steven Forbes, 'obat' paling mujarab untuk menurunkan inflasi adalah stabilitas nilai tukar.
"Tidak ada bank sentral, hampir semua, yang membicarakan stabilitas nilai tukar mata uang. Mereka sedang membuat perekonomian tertekan untuk memerangi inflasi," kata bos media Forbes ini, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (26/9/2022).
"Mereka melakukan dengan menaikkan suku bunga. Bisa jadi akan ada banyak PHK, itu bukan obat sebenarnya. Obat sebenarnya adalah menstabilkan nilai tukar mata uang, mereka tidak perlu membuat masyarakat menjadi miskin guna memerangi inflasi," kata Forbes.
Tidak hanya The Fed, hampir semua bank sentral utama dunia melakukan hal yang sama. Sehingga pasar khawatir akan kemungkinan salah kebijakan. Tidak hanya resesi, tetapi resesi yang panjang berisiko terjadi.
Dalam kondisi tersebut, dolar AS yang menyandang status safe haven menjadi primadona.
Sementara itu ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Irman Faiz melihat selalu ada potensi untuk melemah lebih dalam, begitu juga dengan menguat. Hal itu bergantung pada kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Indonesia (BI).
"Kalau saya melihat masih ada potensi rupiah untuk kembali menguat menjelang akhir tahun d level 14.750-14.850/US$," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (27/9/2022).
"Namun dengan syarat BI meningkatkan bunga acuannya pada akhir tahun ke 5,25%. Jadi ada ruang 100 bps lagi dari posisi sekarang," kata Irman melanjutkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
