Stok Timah Melimpah, tapi Harga Masih Bisa Terangkat Naik

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
26 September 2022 16:55
PT Timah memusatkan produksi sumber daya timahnya di pulau Bangka, yang terdiri dari penambangan, pengolahan, pemurnian, peleburan, hingga penjualan.
Foto: PT Timah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga timah dunia terpantau menguat pada sesi perdagangan hari ini namun masih bergerak dalam tren yang rendah akibat lemahnya permintaan karena tekanan ekonomi global serta kekhawatiran resesi sehingga stok timah di gudang terus menumpuk.

Harga timah di pasar logam dunia, London Metal Exchange (LME) pada Senin (26/9/2022), pukul 15:25 WIB tercatat US$ 20.470 per ton, menguat 1,12% dibandingkan harga penutupan Jumat pekan lalu yakni US$ 20.243 per ton.

Harga timah saat ini kembali diperdagangkan di level US$ 20.000 setelah sebelumnya diperdagangkan di level 21.000. Harga timah memang belum mampu menanjak terlalu jauh akibat tak seimbangnya permintaan dan penawaran pasca perang Rusia-Ukraina meletus.

Persediaan timah di gudang yang dipantau oleh bursa logam London (LME) terus menumpuk. Berdasarkan pantauan Tim Riset CNBC Indonesia pada 23 September 2022 persediaan timah di gudang LME tercatat 5.160 ton, naik 75,81% point-to-point (ptp) sejak awal bulan Juni lalu yakni sebesar 2.935 ton.

Permintaan yang tertekan memicu stok yang kian menumpuk dam membuat harga timah sulit terangkat. Apalagi, sentimen dari The Fed masih mendominasi membuat harga timah masih cenderung tertekan.

Otoritas moneter AS tersebut terhitung telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 5 kali. Pertama dilakukan pada Maret 2022 sebesar 25 bps. Selanjutnya di bulan Mei sebesar 50 bps.

Kemudian di bulan Juni, Juli dan terakhir September, The Fed menaikkan masing-masing 75 bps. Pelaku pasar tidak hanya menyorot soal kenaikan suku bunga acuan di bulan September karena memang sudah diantisipasi.

Kenaikan suku bunga dilakukan untuk menekan inflasi yang masih tinggi hingga saat ini. Target inflasi The Fed adalah 2% dan komitmen sudah ditetapkan untuk membawa inflasi ke kisaran target.

Kenaikan suku bunga membawa dolar Amerika Serikat menguat ke rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Dolar yang menguat menjadi sentimen negatif bagi timah yang dibanderol dengangreenbacksebab menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Permintaan turun, maka harga mengikuti.

Di sisi lain, penguatan harga timah dipicu oleh isu bahwa Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berkali-kali melayangkan pernyataan bahwa akan melarang ekspor timah ke luar negeri. Pernyataan Presiden Jokowi tersebut memang belum diketahui seperti apa road map larangan ekspor 'harta karun' timah milik RI yang terbesar di dunia itu.

Para pelaku pasar menjadi cemas bahwa pasokan timah akan berkurang, meskipun dari sisi permintaan yang tertekan karena perlambatan ekonomi global. Dampaknya adalah harga timah dunia yang melonjak.

Indonesia menjadi negara yang memiliki cadangan timah terbesar nomor 2 di Indonesia. Kementerian ESDM mencatat, total cadangan timah dunia saat ini mencapai 4.741.000 Ton logam. Adapun dari jumlah tersebut kontribusi cadangan timah Indonesia mencapai 800 ribu ton atau 17% dari cadangan timah dunia.

Di sisi lain, sentimen ini masih menjadi bayang-bayang bagi investor yang mampu sedikit mengangkat harga timah akibat tekanan dari The Fed yang memunculkan kekhawatiran resesi. Sementara stok yang masih menumpuk menunjukan belum ada peningkatan dari China sebagai konsumen terbesar timah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/aum) Next Article Breaking News: Harga Timah Lompat 7%!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular