Sempat Ambles Nyaris 2%, IHSG Terkoreksi 0,7% Saja

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
26 September 2022 15:35
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan Senin (26/9/2022), karena investor semakin khawatir dengan potensi resesi global.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,71% ke posisi 7.127,5. Bahkan IHSG sempat ambles nyaris 2%.

Pada awal perdagangan sesi I, IHSG memang sudah dibuka anjlok ke posisi 7.178,5. Tak lama setelah itu, IHSG melemah lebih dari 1% dan semakin mendekati 7.100.

IHSG ambles 1,22% di 7.090,99 pada penutupan perdagangan sesi I hari ini. Posisi pembukaan IHSG menjadi posisi tertinggi intraday hari ini. Sementara posisi terendah di 7.039,24.

Namun di sesi II, tepatnya menjelang akhir perdagangan, koreksi IHSG cenderung terpangkas, meski tidak terlalu besar pemangkasan koreksinya.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 15 triliun dengan melibatkan 23 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Mayoritas saham terkoreksi pada hari ini, yakni sebanyak 442 saham. Sedangkan sisanya yakni 134 saham menguat dan 128 saham stagnan.

Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi pemberat terbesar indeks pada hari ini, di mana saham GOTO memberatkan indeks hingga 13,217 poin. Saham GOTO ditutup ambles 3,03% ke posisi Rp 256/saham.

Sedangkan di posisi kedua dan ketiga, ada PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang memberatkan indeks masing-masing 8,15 poin dan 6,762 poin. Saham ASII ditutup ambrol 2,45% ke Rp 6.975/saham dan saham ADRO ambruk 4,69% menjadi Rp 3.860/saham.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, asing kabur dari pasar saham Indonesia tercermin dari nilai net sell di pasar reguler sebesar Rp 1,22 triliun yang terjadi sepanjang pekan lalu.

Outflows yang cukup besar terjadi pada perdagangan Jumat pekan lalu. Kala itu asing net sell nyaris Rp 750 miliar di pasar reguler. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun mengalami koreksi 0,56% dan kembali terlempar dari level psikologis 7.200.

Koreksi yang terjadi pada perdagangan terakhir pekan lalu menyisakan return tipis bagi IHSG yaitu sebesar 0,14% saja.

Di sisi lain kinerja nilai tukar rupiah juga melemah. Mata uang Garuda kembali tembus Rp 15.000/US$ akhir pekan kemarin. Bahkan rupiah tembus ke posisi terendahnya sejak awal tahun di Rp 15.035/US$.

Di lain sisi, penyebab koreksi IHSG pada hari ini yakni kekhawatiran pelaku pasar akan potensi resesi atau perlambatan ekonomi global akibat inflasi yang masih meninggi dan bank sentral yang terus mengetatkan kebijakan moneternya guna meredam inflasi.

Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada Kamis pekan lalu. Kini, suku bunga acuan AS yaitu Federal Fund Rates (FFR) berada di 3,25%.

Otoritas moneter AS tersebut terhitung telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 5 kali. Pertama dilakukan pada Maret 2022 sebesar 25 bp. Selanjutnya di bulan Mei sebesar 50 bp.

Kemudian di bulan Juni, Juli dan terakhir September, The Fed menaikkan masing-masing 75 bp. Pelaku pasar tidak hanya menyorot soal kenaikan suku bunga acuan di bulan September karena memang sudah diantisipasi.

Namun yang mengejutkan adalah proyeksi dan arah suku bunga ke depan yang dirilis oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC). Dalam proyeksinya, FFR bisa sampai 4,4% akhir tahun ini.

Apabila menganut proyeksi tersebut berarti dalam dua pertemuan terakhir, Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan di bawah 50 bp.

Bahkan ketika pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan tahun depan, proyeksi FOMC justru sebaliknya. Tahun depan mereka masih berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan.

Proyeksi tersebut yang akhirnya membuat pasar keuangan global kembali dilanda dengan koreksi. Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga membuat kebijakan yang cukup mengejutkan.

Ketika mayoritas ekonom sepakat BI hanya akan menaikkan suku bunga acuan 25 bp, yang terjadi justru BI menaikkan 50 bp.

Dengan The Fed yang masih akan agresif ke depan, maka investor patut untuk mewaspadai adanya aliran dana keluar dan volatilitas pergerakan IHSG yang masih akan tinggi meski sepanjang tahun ini IHSG cenderung masih tahan banting.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular