Dolar AS Terlalu Perkasa! Harga Tembaga Makin Tak Berdaya

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 26/09/2022 15:48 WIB
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia mencapai posisi terendah dalam dua bulan lebih. Penyebabnya adalah dolar Amerika Serikat yang menguat.

Pada Senin (26/9/2022) pukul 14.35 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 7.395 per ton, turun 0,52% dibandingkan dengan harga penutupan akhir pekan lalu.


Dolar AS mencapai puncak baru dalam dua dekade terakhir. Indeks dolar AS (yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya) pada pekan lalu melesat 3,12%. Saat ini berada di 113,31.

Dolar yang tinggi membuat tembaga yang dibanderol dengan greenback menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Kebijakan moneter yang ketat mendorong dolar AS untuk melaju. Pada Rabu lalu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 3-3,25%, serta menegaskan sikap agresifnya.

The Fed tampaknya akan tetap agresif, tertuang dalam proyeksi dan arah suku bunga ke depan yang dirilis oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC). Dalam proyeksinya, FFR bisa sampai 4,4% akhir tahun ini.

Dengan tingkat suku bunga yang lebih tinggi di depan mata, pertumbuhan ekonomi global juga tampak goyah, mengancam permintaan logam industri dan menekan harga.

Sementara itu para pelaku pasar khawatir utang Inggris akan kembali meningkat, padahal rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) saat ini lebih dari 100%, tertinggi dalam 60 tahun terakhir. Akibatnya mata uang poundsterling Inggris ambruk ke rekor terendah sepanjang sejarah melawan dolar Amerika Serikat (AS). 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/vap)