
Deretan Saham Ini Kasih Cuan Gede Saat IHSG Jeblok

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Sejahteraraya Agunrahjaya Tbk (SRAJ) menjadi top gainers pada perdagangan sesi I siang ini. Senin (26/9/2022). Sementara, saham PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) menjadi saham terboncos yang memimpin jajaran top losers kali ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir ambles 1,22% ke 7.090,99 pada penutupan perdagangan sesi I Senin (26/9/2022). Pelaku pasar masih mengevaluasi langkah The Fed serta Bank Indonesia (BI) terhadap ekonomi secara luas dan pasar keuangan secara spesifik. Sementara, saham emiten pertambangan batu bara banyak menorehkan koreksi dalam.
Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 8,27 triliun dengan melibatkan lebih dari 16 miliar saham.Sementara, mayoritas saham siang ini terpantau mengalami penurunan. Statistik perdagangan mencatat ada 430 saham yang melemah dan 137 saham yang mengalami kenaikan dan sisanya sebanyak 125 saham stagnan.
Di tengah amblesnya IHSG siang ini, terdapat 5 saham yang tampil perkasa masuk jajaran top gainers dan 5 saham yang terkena aksi jual signifikan dan menjadi top losers
Berikut lima saham top gainers pada perdagangan sesi I siang ini Senin (26/9/2022).
1. PT Sejahteraraya Agunrahjaya Tbk (SRAJ), naik +23,7%, ke Rp 167/unit
2. PT Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO), naik +22,95%, ke Rp 450/unit
3. PT Krida Jaringan Nusantara Tbk (KJEN), naik +18,48%, ke 218/unit
4. PT Morenzo Abadi Perkasa Tbk (ENZO), naik +10,53%, ke Rp 63/unit
5. PT Sari Kreasi Boga Tbk (RAFI), naik +9,35%, ke Rp 234/unit
Saham emitten jasa rumah sakit Grup Mayapada Sejahteraraya Agunrahjaya Tbk (SRAJ) memimpin deretan top gainers pada perdagangan sesi I siang ini dengan nilai transaksi mencapai Rp 20,78 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 126,2 juta unit saham.
Pada perdagangan intraday hari ini, harga saham SRAJ bergerak di rentang Rp 142-170/unit. Hingga istirahat siang, nilai kapitalisasi pasar saham SRAJ mencapai Rp 2 triliun.
Sebelum memimpin jajarantop gainerspada Jumat dan Senin siang, saham SRAJ sempat ambles dan menyentuh batasauto rejectbawah (ARB) sekitar 4 kali.
Jika melihat data perdagangan sejak 19 September hingga Jumat (23/9/2022), saham SRAJ hanya sekali menghijau dan 4 kali merah. Dengan ini SRAJ masih mengalami kenaikan mencapai 35,77% sepekan terakhir, dan ambles 7,22% dalam sebulan.
Belum diketahui secara signifikan terkait kenaikan saham SRAJ. Tetapi, jika melihat kinerja keuangannya, pada semester I-2022 SRAJ masih membukukan rugi bersih senilai Rp 24 miliar.
BEI sempat memasukan saham SRAJ ke dalam radar pantauan akibat terjadi penurunan harga saham yang tidak wajar atau Unusual Market Activity (UMA) pada Kamis lalu.
Namun bukannya makin terkoreksi, saham SRAJ justru berbalik melesat. Alasan BEI menyematkan saham SRAJ bukan tak lain adalah sahamnya yang terus ambruk hingga 10 hari beruntun.
"Dengan ini kami menginformasikan bahwa telah terjadi penurunan harga saham SRAJ yang di luar kebiasaan (Unusual Market Activity)," tulis surat yang ditandatangani Kepala Divisi Pengawasan Transaksi Lidia M. Panjaitan dan Kepala Divisi Pengaturan & Operasional Perdagangan Pande Made Kusuma Ari A., Kamis (22/9/2022) pekan lalu.
Pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.
Informasi terakhir mengenai SRAJ adalah informasi tanggal 10 September 2022 yang dipublikasikan melalui website BEI terkait laporan bulanan registrasi pemegang efek.
"Sehubungan dengan terjadinya Unusual Market Activity atas saham SRAJ tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini," tulis direksi bursa.
Oleh karena itu para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban Perusahaan Tercatat atas permintaan konfirmasi Bursa, mencermati kinerja Perusahaan Tercatat dan keterbukaan informasinya.
Selain itu, investor perlu mengkaji kembali rencana aksi korporasi Perusahaan Tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.