
Bikin Ngopi Nggak Nikmat, IHSG Crash 1% Sesaat Setelah Dibuka

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah signifikan di awal pekan ini, Senin (26/9/2022).
IHSG anjlok 0,67% ke 7.130,64 di pembukaan. Tak lama setelah itu, IHSG melemah lebih dari 1% dan semakin mendekati level psikologis 7.100.
Asing kabur dari pasar saham Indonesia tercermin dari nilai net sell di pasar reguler sebesar Rp 1,22 triliun yang terjadi sepanjang pekan lalu.
Outflows yang cukup besar terjadi pada perdagangan Jumat (23/9/2022). Kala itu asing net sell nyaris Rp 750 miliar di pasar reguler. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun mengalami koreksi 0,56% dan kembali terlempar dari level psikologis 7.200.
Koreksi yang terjadi pada perdagangan terakhir pekan lalu menyisakan return tipis bagi IHSG yaitu sebesar 0,14% saja.
Di sisi lain kinerja nilai tukar rupiah juga melemah. Mata uang Garuda kembali tembus Rp 15.000/US$ akhir pekan kemarin. Bahkan rupiah tembus ke posisi terendahnya sejak awal tahun di Rp 15.035/US$.
The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps). Kini suku bunga acuan AS yaitu Federal Fund Rates (FFR) berada di 3,25%.
Otoritas moneter AS tersebut terhitung telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 5x. Pertama dilakukan pada Maret 2022 sebesar 25 bps. Selanjutnya di bulan Mei sebesar 50 bps.
Kemudian di bulan Juni, Juli dan terakhir September, The Fed menaikkan masing-masing 75 bps. Pelaku pasar tidak hanya menyorot soal kenaikan suku bunga acuan di bulan September karena memang sudah diantisipasi.
Namun yang mengejutkan adalah proyeksi dan arah suku bunga ke depan yang dirilis oleh Komite Pengambil Kebijakan (FOMC). Dalam proyeksinya, FFR bisa sampai 4,4% akhir tahun ini.
Apabila menganut proyeksi tersebut berarti dalam dua pertemuan terakhir, Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan di bawah 50 bps.
Bahkan ketika pelaku pasar memperkirakan Fed akan memangkas suku bunga acuan tahun depan, proyeksi FOMC justru sebaliknya. Tahun depan mereka masih berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan.
Proyeksi tersebut yang akhirnya membuat pasar keuangan kembali dilanda dengan koreksi. Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga membuat kebijakan yang cukup mengejutkan.
Ketika mayoritas ekonom sepakat BI hanya akan menaikkan suku bunga acuan 25 bps, yang terjadi justru BI menaikkan 50 bps.
Dengan Fed yang masih akan agresif ke depan, maka investor patut untuk mewaspadai adanya aliran dana keluar dan volatilitas pergerakan IHSG yang masih akan tinggi meski sepanjang tahun ini IHSG cenderung masih tahan banting.
(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000