IHSG Sesi I Berakhir Ambles! Tinggalkan 7.200
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (23/9/2022) di tengah respon pasar terkait kebijakan moneter. Keputusan untuk menaikkan suku binga dinilai memiliki implikasi ke ekonomi yang lebih luas termasuk pasar modal.
IHSG sejatinya dibuka menguat tipis ke posisi 7.219,03 pagi tadi. Namun, kemudian IHSG ditutup di zona merah dengan koreksi 0,43% atau 31,03 poin ke 7.187,87 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 9,02 triliun dengan melibatkan lebih dari 17 miliar saham.
Level tertinggi berada di 7.219,03 saat perdagangan dibuka sementara level terendah berada di 7.173,39 sekitar pukul 11:00 WIB. Sementara, mayoritas saham siang ini terpantau mengalami kenaikan. Statistik perdagangan mencatat ada 225 saham yang melemah dan 289 saham yang mengalami kenaikan dan sisanya sebanyak 175 saham stagnan.
Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 541,7 miliar. Sedangkan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 353,1 miliar dan saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) di posisi ketiga sebesar Rp 304,8 miliar.
Semalam, pasar saham Amerika Serikat (AS) kembali terkoreksi pasca pengumuman kenaikan suku bunga yang masih agresif oleh The Fed. Hal ini membuat investor semakin khawatir bahwa kebijakan bank sentral untuk mengekang inflasi yang masih liar akan mendorong ekonomi ke jurang resesi.
Ketiga indeks utama Wall Street menyelesaikan sesi hari Kamis di zona merah. S&P 500 turun 0,84%, sedangkan indeks padat teknologi Nasdaq ambles 1,37%. Terakhir indeks perusahaan blue chip Dow Jones Industrial Average ditutup 107,10 poin lebih rendah, atau melemah 0,35%.
The Fed resmi menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 75 bps dalam kali ketiga beruntun. Keputusan yang diperoleh dengan suara bulat 12 anggota komite tersebut akan menaikkan suku bunga acuan AS atau federal-funds rate (FFR) ke kisaran antara 3% dan 3,25%, level yang terakhir terlihat pada awal 2008.
"The Fed membuka jalan bagi sebagian besar ekonomi dunia untuk melanjutkan kenaikan suku bunga yang agresif yang [berpotensi] menyebabkan resesi global, dan seberapa parahnya akan ditentukan pada berapa lama inflasi turun," kata Ed Moya , seorang analis pasar senior di Oanda dilansir CNBC Internasional.
Kenaikan siklus kali ini sejatinya sesuai dengan ekspektasi pasar, akan tetapi komentar The Fed yang mengindikasikan The Fed tetaphawkishmembuat investor makin waswas. Tingkat suku bunga terminal atau posisi FFR di mana bank sentral akan mengakhiri rezim pengetatannya diproyeksikan akan mencapai 4,6%.
Dari dalam negeri, pada pengumuman Rapat Dewan Gubernur (RDG) kemarin, BI memutuskan untuk menaikkan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 50 bps menjadi 4,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 3,5% dan suku bunga Lending Facility sebesar 5%.
BI sekali lagi mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps. Padahal, konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia mayoritas memperkirakan kenaikan sebesar 25 bps.
Keputusan BI menaikkan suku bunga dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum)