Ada Surprise dari BI, IHSG Justru Ditutup Menguat 0,43%

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
22 September 2022 15:43
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Kamis (22/9/2022), setelah Bank Indonesia menaikkan suku bunganya sebesar setengah poin persentase.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,43% ke posisi 7.218,91. IHSG kembali menyentuh zona psikologisnya di 7.200.

Pada awal perdagangan sesi I, IHSG dibuka melemah 0,51% di posisi 7.151,31. Namun sekitar satu hingga enam menit kemudian, IHSG berhasil bangkit meski pada sekitar pukul 10:00 WIB IHSG sempat kembali terkoreksi tipis.

Kemudian sekitar pukul 10:30 WIB, IHSG kembali bangkit dan berhasil ditutup di zona hijau pada penutupan perdagangan sesi I.

Di sesi II, penguatan IHSG semakin meningkat dan pada akhirnya berhasil ditutup di zona hijau dan kembali menyentuh zona psikologisnya di 7.200 pada akhir perdagangan sesi II hari ini.

Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 14 triliun dengan melibatkan 31 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 277 saham menguat, 233 saham terkoreksi, dan 185 saham lainnya mendatar.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya pada hari ini, yakni hingga mencapai Rp 1,3 triliun.

Sedangkan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi yang mencapai Rp 606 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga sebesar Rp 524 miliar.

Dari pergerakan sahamnya, saham BUMI ditutup stagnan di posisi Rp 157/unit. Sedangkan saham ADRO melesat 4,86% ke Rp 4.100/unit, dan saham BBCA juga stagnan di Rp 8.475/unit.

IHSG berhasil menguat setelah Bank Indonesia (BI) secara mengejutkan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 4,25%. Keputusan ini merupakan langkah untuk menurunkan ekspektasi inflasi serta memperkuat stabilisasi nilai rupiah.

Padahal, konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia mayoritas memperkirakan kenaikan sebesar 25 basis poin.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 50 bps menjadi 4,25%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,5%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers.

Pada bulan lalu, BI juga memberikan kejutan dengan menaikkan suku bunga 25 bp. Padahal konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga acuannya.

Pada pengumuman hasil RDG hari ini, BI menyatakan keputusan ini juga dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat.

"Bank Indonesia juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi," kata Perry, dalam paparan hasil rapat dewan gubernur (RDG) BI, Kamis (22/9/2022).

Kenaikan suku bunga BI terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya kembali sebesar 75 bp pada dini hari tadi waktu Indonesia.

Meskipun demikian, komentar The Fed yang mengindikasikan bahwa mereka tetap hawkish membuat investor global makin waswas. Tingkat suku bunga terminal atau posisi FFR di mana The Fed akan mengakhiri rezim pengetatannya diproyeksikan akan mencapai 4,6%.

The Fed juga mengindikasikan bahwa pihaknya berencana untuk tetap agresif, menaikkan suku bunga menjadi 4,4% pada tahun depan. Angka ini naik dari proyeksi sebelumnya di bulan Juni yang diperkirakan akan mencapai 3,8%.

Inflasi global yang semakin liar memaksa mayoritas bank sentral utama dunia mengetatkan kebijakan moneternya dan menaikkan suku bunga secara tajam. Hal ini pada akhirnya berpotensi menyebabkan resesi, dengan sejumlah organisasi besar seperti Bank Dunia telah mewanti-wanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular