IHSG Sesi I Tersengat Sentimen BI, Turun 0,59%!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
21 September 2022 11:54
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan sesi I Rabu (21/9/2022). Selain sentimen The Fed, pasar juga terpengaruh kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI).

IHSG dibuka melemah di posisi 7.196,87 dan ditutup di zona merah dengan koreksi 0,59% atau 42,46 poin ke 7.154,49 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 6,7 triliun dengan melibatkan lebih dari 18 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona merah. Selang 2 menit kemudian, indeks terpantau sempat menapaki zona hijau sesaat. Namun, pukul 09:08 WIB IHSG lanjut melemah 0,26% ke 7.178,42. Indeks Tanah Air terpantau konsisten berada di zona merah hingga penutupan perdagangan sesi I.

Level tertinggi berada di 7.204,9 sesaat setelah perdagangan dibuka, sementara level terendah berada di 7.134,79 pukul 10:00 WIB. Sementara, mayoritas saham siang ini memang mengalami penurunan.

Statistik perdagangan mencatat ada 322 saham yang melemah dan 187 saham yang mengalami kenaikan dan sisanya sebanyak 170 saham stagnan.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 823,8 miliar. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 309 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga sebesar Rp 307,3 miliar.

Pasar saham AS ditutup ambles pada perdagangan semalam karena investor masih waswas menantikan keputusan kebijakan The Fed. Dow Jones Industrial Average ditutup turun 313 poin, atau 1,13%. Sedangkan S&P 500 dan Nasdaq masing-masing melemah 0,95% dan 1,01%. Koreksi Wall Street juga menyebabkan mayoritas bursa Asia dibuka terkoreksi.

Pasar saham AS telah jatuh dalam beberapa pekan terakhir karena komentar dari Ketua Fed Jerome Powell dan laporan indeks harga konsumen atau inflasi Agustus yang urung mendingin menyebabkan para pedagang dan investor bersiap untuk kenaikan suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi sampai inflasi dapat dikendalikan.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) saat ini telah memulai pertemuan September atau pada hari Selasa waktu setempat, di mana para pejabat sentral diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga pada hari Kamis dini hari waktu Indonesia.

Saat ini fokus pelaku pasar masih tertuju pada keputusan kebijakan moneter suku bunga oleh bank sentral utama dunia, The Fed serta dari dalam negeri oleh Bank Indonesia.

Pergerakan stagnan seperti ini memang lazim terjadi menjelang pengumuman kebijakan moneter The Fed, sebab investor masih menanti kepastian seberapa besar suku bunga akan dinaikkan dan menimbang implikasinya ke pasar secara lebih luas.

Pertemuan The Fed yang dijadwalkan akan digelar pada 21-22 September 2022 untuk mendiskusikan kebijakan moneter terbarunya.

Mengacu pada alat ukur FedWatch, pasar memprediksi peluang The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) menjadi sebesar 80%. Sementara sisanya memproyeksikan The Fed akan lebih agresif lagi dengan menaikkan suku bunga sebesar 100 bps menjadi 3,25%-3,5%.

Pandangan hawkish tersebut terjadi setelah rilis Indeks Harga Konsumen (IHK) AS per Agustus 2022 berada di 8,3% secara tahunan (yoy). Meskipun melandai dari bulan sebelumnya di 8,5%, tapi posisi tersebut masih berada di atas prediksi analis, dengan inflasi inti malah tercatat naik.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia yang akan mengumumkan tingkat suku bunga baru yang diprediksi diperketat naik seperempat poin persentase.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada bulan ini. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, semuanya kompak memperkirakan kubu MH Thamrin akan menaikkan suku bunga acuan.

Sebanyak 12 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek BI7DRR sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,00% sementara dua lembaga/institusi memproyeksi kenaikan BI7DRR sebesar 50 bps menjadi 4,25%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular