Lupakan The Fed, Harga Tembaga Nanjak 'Didukung' China

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
20 September 2022 15:00
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia terpantau menguat pada perdagangan hari ini didukung oleh China yang akan semakin melonggarkan kebijakan pembatasan mobilitas.

Pada Selasa (20/9/2022) pukul 14.20 WIB harga tembaga dunia tercatat US$ 7.813 per ton, menguat 0,77% dibandingkan dengan harga penutupan kemarin.

China, konsumen logam terbesar di dunia, mulai melonggarkan beberapa peraturan ketat dalam upaya menahan penularan virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) yang telah merugikan pertumbuhan ekonomi dan permintaan logam di negara tersebut.

Otoritas lokal di kota Chengdu, China barat daya, mengumumkan rencana untuk membuka kembali aktivitas ekonomi dan sosial "secara tertib" mulai Senin setelah lebih dari dua minggu penguncian dan pembatasan ketat lainnya.

Sementara Hong Kong, yang mengadopsi isyarat dari kebijakan Covid-19 China, juga diperkirakan akan melakukan pembukaan kembali yang tertib dalam upaya untuk menjaga kota itu tetap terhubung dengan seluruh dunia.

"Ada lebih banyak tekanan pada China untuk melonggarkan kebijakan nol-Covid, karena lebih banyak kecemasan muncul di antara masyarakat umum," kata seorang pedagang.

"Pasar (tembaga) sepi menjelang pertemuan Fed tentang suku bunga selama 20-21 September," tambahnya.

Bank sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga secara agresif dalam upaya untuk mengekang inflasi.

Para pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp). Ini akan menjadi bulan ketiga beruntun tingkat kenaikan seagresif itu.

Sebagian para pelaku pasar bahkan melihat probabilitas The Fed menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin. Menurut FedWatch, peluangnya mencapai 20%.

Indeks dolar (mengukur greenback dengan enam mata uang utama) saat ini tercatat 109,614. Bertahan di dekat posisi tertinggi dalam 20 tahun yakni 110,214.

Hal ini memperkuat dolar Amerika Serikat dan membuat logam yang dibanderol dengan greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(ras/vap) Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular