Rupiah Kuat Sih, Tapi Bisa Tahan Lama?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Selasa (20/9/2022), setelah terpuruk awal pekan kemarin. Pergerakan seperti ini lazim terjadi menjelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed), sebab pasar masih menanti kepastian seberapa besar suku bunga akan dinaikkan.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07% ke Rp 14.965/US$. Penguatan tersebut kemudian terpangkas menjadi 0,03% saja di Rp 14.970/US$ pada pukul 9:04 WIB.
Indeks dolar AS yang stagnan di awal pekan kemarin, setelah melesat 0,7% sepanjang pekan lalu. Hal ini membuat rupiah langsung menguat pagi ini.
"Akan kah dolar AS menguat lebih jauh sebelum pengumuman Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed? Saya pikir pasar akan sedikit menarik dolar AS, dan akan berada pada fase konsolidasi," kata Amo Sahota, direktur eksekutif di Klarity FX San Francisco, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (19/9/2022).
Fluktuasi di pasar finansial juga terlihat dari pergerakan bursa saham AS (Wall Street).
Ekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga 100 basis poin membuat Wall Street rontok pada pekan lalu. Indeks S&P 500 jeblok hingga 4,8%. Sementara Senin kemarin mampu menguat 0,7% ke 3.899,89.
Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 18% The Fed akan menaikkan 100 basis poin pada Kamis (22/9/2022) dini hari waktu Indonesia. Sementara probabilitas sebesar 82% untuk kenaikan 75 basis poin.
Jika The Fed menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin, bisa menjadi indikasi The Fed melihat inflasi masih akan terus menanjak atau belum mencapai puncaknya. Hal ini bisa memicu gejolak di pasar finansial. Bursa saham global berisiko rontok, dan dolar AS akan semakin perkasa.
"Kita dalam pendekatan wait and see, pasar menanti beberapa katalis bullish atau bearish yang bisa membuat kita keluar dari range trading. Pasar masih kesulitan menentukan arah," kata Adam Sarhan, CEO 50 Park Investments.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)