
Rupiah Bangkit! Setelah 2 Hari Terpuruk Dilibas Dolar AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Senin (19/9/2022) dan menghentikan pelemahannya selama dua hari beruntun. Indeks dolar AS memang sedang terkoreksi di pasar spot, sehingga wajar saja jika rupiah terapresiasi.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terapresiasi pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,07% ke Rp 14.965/US$. Sayangnya, rupiah memangkas penguatannya menjadi 0,03% ke Rp 14.970/US$ hingga pukul 11:00 WIB.
Sentimen pekan ini, tampaknya masih akan didominasi oleh kabar dari Negeri Paman Sam. Bank sentral AS (Federal reserve/The Fed) dijadwalkan akan menggelar pertemuan untuk membahas kebijakan moneter terbarunya pada 21-22 September 2022.
Jika mengacu pada alat ukur FedWatch, pasar memprediksikan peluang sebanyak 80% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) menjadi 3%-3,25%. Sementara sisanya memproyeksikan The Fed akan lebih agresif lagi dengan menaikkan suku bunga sebesar 100 bps menjadi 3,25%-3,5%.
Potensi keagresifan The Fed tersebut diprediksikan oleh analis akan mendorong laju si greenback di pasar spot. Bahkan, di prediksikan akan mencetak rekor tertinggi baru.
"Dolar AS dapat tetap tinggi karena The Fed terus meningkatkan suku bunga acuannya secara agresif dan meningkatkan risiko resesi global. Sehingga dolar AS dapat mencapai puncak siklus baru di atas 110,8," tulis Ahli Strategi Commonwealth Bank of Australia dalam catatan klien dikutip Reuters.
Namun, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang lainnya, bergerak melemah 0,17% ke posisi 109,54 pada pukul 11:00 WIB. Hal tersebut menjadi momentum penguatan Mata Uang Garuda hari ini.
Sementara itu, dari Tanah Air, Pada Kamis (22/9), Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya. Konsensus analis Reuters, memprediksikan bahwa BI akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps, mengekor bank sentral dunia lainnya yang bertindak agresif untuk meredam inflasi yang melonjak. Mengirim tingkat suku bunga berada di 4% pada bulan ini.
Analis Reuters juga memproyeksikan bahwa BI akan kembali menaikkan suku bunga acuannya hingga mengirim tingkat suku bunga menjadi 4,75% pada akhir 2022, kembali ke posisi sebelum pandemi Covid-19. Sementara, pada kuartal ketiga 2023, tingkat suku bunga akan berada di 5,25% atau lebih tinggi.
Senada, analis Ekonomi Modal juga memprediksikan inflasi di Indonesia akan berada di atas target BI di 2%-4% dan bertahan hingga pada akhir tahun 2023.
"Inflasi sekarang kemungkinan akan tetap di atas target hingga akhir tahun depan. Ini meningkatkan risiko efek putaran kedua dan kenaikan tekanan inflasi inti, yang telah dijanjikan bank sentral untuk diwaspadai," kata Ekonom Senior Asia di Ekonomi Modal Gareth Leather.
"Kami memperkirakan tingkat kebijakan akan mencapai 4,5% pada akhir tahun, dengan dua kenaikan 25bp lebih lanjut kemungkinan pada tahun 2023," tambahnya.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Help! Rupiah Kian Terpuruk, Sentuh Rp 15.020/US$
