
Hijau Cuma Sebentar, IHSG Terus Longsor! Kian Jauh dari 7.300

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,42% di 7.199,17 mengawali perdagangan perdana pekan ini, Senin (19/9/2022).
Selang 5 menit, terpantau IHSG sudah balik arah ke zona merah dengan koreksi 0,12% ke 7.160,87.
Akhir pekan lalu, Wall Street mengakhiri salah satu minggu terburuk tahun ini. Akan tetapi investor kawakan dan eksekutif perusahaan ramai-ramai menjelaskan bahwa mereka percaya kondisi terburuk masih belum dilalui oleh ekonomi secara luas dan pasar keuangan secara spesifik.
Setelah mencapai titik terendah pada bulan Juni, S&P 500 telah mengalami reli lebih dari 17% hingga pertengahan Agustus, sebelum kembali kehilangan tenaga.
Aksi jual minggu lalu membuat penguatan indeks acuan tersebut kembali terpangkas dan saat ini hanya 5,6% di atas level terendah yang dicatatkan pada bulan Juni, setelah ambles 5,15% dalam sepekan. Pelemahan lebih dari 5% dalam seminggu hanya terjadi tiga kali tahun ini.
Pekan ini sentimen utama yang berpotensi menggerakkan IHSG akan didominasi oleh keputusan kebijakan moneter suku bunga oleh sejumlah bank sentral, termasuk dari dalam negeri oleh Bank Indonesia.
Pertemuan The Fed dijadwalkan akan digelar pada 21-22 September 2022 untuk mendiskusikan kebijakan moneter terbarunya.
Jika mengacu pada alat ukur FedWatch, pasar memprediksi peluang The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) menjadi 3-3,25% sebesar 80%. Sementara sisanya memproyeksikan The Fed akan lebih agresif lagi dengan menaikkan suku bunga sebesar 100 bps menjadi 3,25-3,5%.
Dari dalam negeri, investor juga akan disibukkan dengan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan digelar pada 21-22 September 2022. Konsensus analis Trading Economics memprediksikan bahwa BI akan mengekor The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps, melanjutkan pengetatan kebijakan moneternya dari bulan sebelumnya.
Seperti diketahui, pada 23 Agustus 2022, BI sempat memberikan kejutan dengan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 3,75%, ketika pasar bertaruh bahwa BI akan tetap menahan suku bunga acuannya. Kenaikan tersebut menjadi yang pertama kalinya sejak 18 bulan lalu.
Dalam konferensi persnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa kenaikan tersebut menjadi langkah preemptive dan forward looking untuk menjangkar ekspektasi inflasi inti akibat kenaikan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan volatile food. Selain itu, keputusan ini dilakukan dalam rangka memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai fundamental dengan tingginya ketidakpastian global yang semakin kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000