Review Rupiah Sepekan

Rupiah Sepekan Anjlok 0,82%! Hampir Sentuh Rp 15.000/US$ Lagi

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
17 September 2022 11:15
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang rupiah sepanjang pekan ini masih mencatatkan kinerja kurang baik. Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS), mendekati lagi level Rp 15.000/US$. Sentimen pelaku pasar yang memburuk membuat rupiah kian tertekan.

Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah melemah 0,82% secara point-to-point di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Jumat (16/9/2022) kemarin, rupiah berada di Rp 14.950/US$, melemah 0,37% di pasar spot.

Dalam lima hari perdagangan terakhir, rupiah ditutup menguat dua kali yakni pada Kamis dan Jumat sementara sisanya ditutup pada zona merah.

Penguatan tersebut dipicu kabar positif dari Tanah Air. Pada Kamis (15/9/2022), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia pada periode Agustus 2022 berhasil tumbuh 30,15% secara (year-on-year/yoy) mencapai US$ 27,91 miliar.

Sementara impor pada periode yang sama US$ 22,15 miliar, naik 32,81% (yoy). Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia kembali surplus sebesar US$ 5,76 miliar.

Surplus tersebut lebih tinggi ketimbang konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga yang memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus sebesar US$ 4,12 miliar.

Ekspor tercatat mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah, melampaui rekor sebelumnya pada April 2022 yang mencapai US$ 27,3 miliar, berdasarkan catatan CNBC Indonesia.

Namun melemahnya rupiah sepanjang pekan tetap saja dipengaruhi oleh berbagai sentimen eksternal yang kiranya siap mengguncang pasar finansial Tanah Air.

Sentimen pelaku pasar yang memburuk membuat rupiah terpuruk. Apalagi pada pekan depan akan ada pengumuman suku bunga bank sentral AS (The Fed) dan Bank Indonesia (BI). Sehingga, tekanan menjelang akhir pekan ini menjadi cukup besar.

Ekspektasi bank sentral AS (The Fed) masih akan sangat agresif dalam menaikkan suku bunga membuat Wall Street ambrol di pekan ini. Inflasi yang tinggi menjadi pemicunya.

Departemen Tenaga Kerja AS Selasa lalu melaporkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Agustus sebesar 8,3% year-on-year (yoy). Dengan demikian, inflasi di Amerika Serikat sudah menurun dalam 2 bulan beruntun.

Namun, rilis inflasi tersebut masih lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 8%. Selain itu, inflasi inti, yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan justru naik 6,3% (yoy), lebih tinggi dari bulan Juli 5,9%.

Dengan inflasi yang masih tinggi, The Fed hampir pasti akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin bahkan ada kemungkinan sebesar 100 basis poin pekan depan.

Hal ini terlihat dari perangkat FedWatch milik CME Group, di mana pasar melihat probabilitas sebesar 67% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, dan probabilitas sebesar 33% untuk kenaikan 100 basis poin.

Suku bunga The Fed saat ini 2,25-2,5%, jika naik 100 basis poin akan menjadi 3,25-3,5%. Alhasil, risiko resesi di Amerika Serikat semakin meningkat, pasar finansial pun tertekan. Dolar AS yang menyandang status safe haven menjadi buruan, rupiah pun kembali jeblok. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(aum/vap) Next Article Video: Rupiah Ambruk ke Rp16.635 per USD, Dekati Level Saat 1998

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular