Sudah Terjun 1,7%, IHSG Berisiko Makin Jeblok di Sesi 2
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambrol hingga 1,7% ke 7.182,85 pada perdagangan sesi I. Padahal, kemarin bursa kebanggaan Tanah Air mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Aksi profit taking menjadi salah satu pemicu jebloknya IHSG. Sebab, setelah menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di 7.377,5 kemarin, sentimen pelaku pasar kemudian memburuk. Terlihat dari bursa saham Amerika Serikat (AS) yang merosot pada perdagangan Kamis waktu setempat.
Apalagi, pada pekan depan ada bank sentral AS (The Fed) akan mengumumkan suku bunga, begitu juga dengan Bank Indonesia. Sehingga pelaku pasar akan cenderung wait and see, dan aksi profit taking pun terjadi.
Secara teknikal, indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun dari wilayah oversold.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian sudah masuk ke wilayah oversold. Meski demikian, tekanan masih cukup besar, apalagi IHSG menembus ke bawah bullish trendline.
Resisten terdekat berada di 7.200 - 7.220, yang berada di kisaran bullish trendline, akan menjadi penahan rebound IHSG. Tetapi jika mampu ditembus, IHSG berpeluang memangkas pelemahan lebih lanjut.
Sementara support terdekat berada di kisaran 7.160, jika ditembus IHSG berisiko turun menuju 7.120.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)