Asia Gelap Gegara Dolar AS, tapi Indonesia Disebut Cerah!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 12/09/2022 14:00 WIB
Foto: Freepik

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) sedang sangat di tahun ini. Pada Rabu (7/9/2022), indeks dolar AS menyentuh 110,78, tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terakhir. Sepanjang tahun ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini mencatat penguatannya lebih dari 13%.

Perkasanya indeks dolar AS dikatakan menjadi alarm bagi bank sentral di kawasan Asia. Penguatan dolar AS bisa menekan mata uang negara masing-masing. Jika nilainya merosot tajam, maka inflasi berisiko meroket dan memberikan masalah serius bagi perekonomian.

Kuatnya dolar AS bahkan dikatakan juga berdampak buruk bagi eksportir. Padahal, ketika dolar AS menguat dan mata uang lokal melemah, maka eksportir manufaktur akan diuntungkan. Harga barangnya menjadi lebih murah, dan tentunya akan mendongkrak penjualan.


Namun, kini dengan dolar AS yang terlalu kuat, para eksportir juga mendapat masalah akibat tingginya harga energi serta bahan baku.

"kita pernah melihat krisis di masa lalu, won Korea Selatan akan menjadi yang pertama mengalami aksi jual. Setelah stabil, maka gejolak akan merembet ke Asia Tenggara dan Selatan," kata Vishnu Varathan, ekonom di Mizuho Bank yang berada di Singapura, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (8/9/2022).

Won Korea Selatan menjadi salah satu mata uang terburuk di Asia. Sepanjang tahun ini, won tercatat merosot hingga 14%. Yen Jepang bahkan lebih buruk lagi, jeblok hingga 20%.

Meski outlook perekonomian Asia masih gelap, tetapi Indonesia dikatakan masih cerah akibat tingginya harga komoditas.

"Kondisi mata uang saat ini akan sangat rentan akibat penguatan dolar AS - Indonesia khususnya - tetapi (rupiah) kini justru menjadi yang paling resilient," kata Khoon Goh, kepala riset Asia di ANZ Bank di Singapura.

"Mata uang lainnya kini menjadi lebih rentan," ujarnya.

Sepanjang tahun ini, rupiah melemah sekitar 4,2% melawan dolar AS, menjadi yang terkecil kedua setelah dolar Singapura yang melemah 3,7%.

"Saya pikir Indonesia adalah titik cerah di Asia Tenggara saat ini karena diuntungkan tingginya harga komoditas, kami juga suka Malaysia, kami pikir Malaysia juga diuntungkan dengan hal yang sama," kata Marcelo Assalin, kepala surat utang emerging market di William Blair.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> RI Waspada Harga Komoditas Turun Tahun Depan


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Berkat CCP, Transaksi Harian Pasar Valas Bisa USD10 Miliar/Hari

Pages