Asia Gelap Gegara Dolar AS, tapi Indonesia Disebut Cerah!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 September 2022 14:00
Ilustrasi Dollar
Foto: Freepik

Valas memang mengalir deras ke dalam negeri, tetapi ternyata di dalam negeri masih kekeringan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan kredit valasnya lebih tinggi dibandingkan dana pihak ketiga valas.

Mengutip data terakhir Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit valas tumbuh 16,82% dan DPK valasnya 5,8%.

Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbanas, Aviliani mengingatkan jika masalah likuiditas ini tidak diselesaikan segera maka industri yang memerlukan bahan baku impor akan melirik pendanaan atau kredit dari bank asing.

"Mau tidak mau ya bank kalau gak bisa kasih pinjaman mereka [pengusaha] ke bank asing," ujar Aviliani dalam Power Lunch CNBC Indonesia, dikutip Senin (12/9/2022).
Selain itu, 'kemarau' valas dapat mengganggu stabilitas rupiah. Risiko rupiah akan terpuruk jika permintaan valas mengalami peningkatan menjadi cukup besar.

Guna menambah pasokan valas, pemerintah yang menerbitkan global bond.Kementerian Keuangan berhasil melakukan pricing atas global bond dalam denominasi dolar AS dengan format SEC Shelf Registered dengan nominal yang diterbitkan adalah sebesar US$2,65 miliar atau sekitar Rp 39,55 triliun dalam 3 seri.

"Di tengah kondisi pasar global yang masih volatile, Pemerintah berhasil mendapatkan orderbook sebesar US$12 miliar atau 4,5 kali lipat dari total yang dimenangkan," tulis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) dalam rilisnya, Rabu malam (7/9/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular