Bos Gudang Garam Bangun Bandara, Sahamnya Kok Ambles 25%?

fsd, CNBC Indonesia
09 September 2022 18:40
Bandara dhoho Kediri
Foto: Bandara dhoho Kediri

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten rokok milik Susilo Wonowidjojo, Gudang Garam (GGRM), lewat anak usahanya sedang menyelesaikan proses pembangunan Bandara Dhoho di Kediri. Meski demikian harga saham perusahaan masih tidak kunjung pulih dan malah ambles 24,82% dalam tiga bulan terakhir.

Diungkapkan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, bandara ini merupakan yang pertama kali dibangun oleh swasta, tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Bandara Internasional Dhoho Kediri yang akan dijadikan sebagai embarkasi haji maupun umrah di Jawa Timur ini dikelola oleh PT Surya Dhoho Investama anak usaha dari PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan diharapkan bakal beroperasi pada Oktober 2023.

Selain pendirian bandara, Grup Gudang Garam juga telah melakukan sejumlah ekspansi bisnis lainnya di luar bisnis utama rokok yang telah membesarkan nama perusahaan.

Gudang Garam (GGRM) diketahui masuk ke bisnis pengelolaan jalan tol pada akhir tahun 2020 dengan mendirikan anak usaha baru yakni PT Surya Kertaagung Toll (SKA) dan kala itu disebut-sebut berencana membangun Tol Kediri-Tulungagung.

Berdasarkan keterangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), GGRM bersama dengan PT Suryaduta Investama masing-masing dengan kepemilikan saham 99,9% dan 0,1% atas SKA, memutuskan untuk melakukan penambahan modal dasar pada SKA.

Modal dasar SKA yang sebelumnya sebesar Rp 500 miliar dinaikkan menjadi Rp 3 triliun dan modal ditempatkan dan disetor yang awalnya sebesar Rp 500 miliar dinaikkan menjadi sebesar Rp 1 triliun atau sebanyak 1 juta saham dengan nilai nominal Rp 1 juta per saham.

Meski telah melakukan sejumlah upaya untuk mendiversifikasi bisnis, saham GGRM tak kunjung bangkit. Tren serupa juga dialami oleh emiten konsumer raksasa lainnya, termasuk emiten rokok HMSP dan emiten konsumer UNVR.

Saham GGRM juga secara konsisten berada dalam trajektori penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Sejak awal tahun saham GGRM telah melemah 22,55%, dalam setahun terakhir turun 21,52% dan dalam tiga tahun terakhir lebih parah atau mencapai 69,70%.

Kondisi ini kontras dengan kinerja keuangan perusahaan yang selalu mencatatkan laba bersih. Meskipun demikian, kinerja keuangan secara keseluruhan sebenarnya juga berada dalam tren penurunan dengan posisi puncaknya dicapai pada tahun 2019.

Investasi pada pembangunan bandara dan jalan tol tampaknya akan menjadi langkah Gudang Garam untuk tetap menjadi salah satu konglomerasi raksasa utama di Indonesia. Hal ini mengingat profitabilitas bisnis rokok yang terus tertekan, baik itu karena semakin banyak masyarakat yang menerapkan pola hidup sehat maupun beban cukai yang terus menerus naik dan sepertinya masih belum akan berhenti.

Selain penurunan harga saham, GGRM juga memperoleh nasib buruk lain yakni terdepak dari indeks unggulan di Bursa Efek Indonesia. Setelah terdepak dari konstituen IDX30 awal tahun ini, GGRM kembali dipaksa keluar dari salah satu indeks paling bergengsi Tanah Air lainnya yakni LQ45.

Saat ini saham GGRM diperdagangkan di harga Rp 23.700/saham dan merupakan salah satu saham dengan nominal tertinggi. Kapitalisasi pasar Gudang Garam sat ini tersisa Rp 45,60 triliun dan merupakan emiten terbesar ke-38 di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Sebelumnya pada pertengahan Maret 2019, saham Gudang Garam sempat menyentuh harga tertinggi di Rp 92.050 dan tercatat sebagai perusahaan terbesar ke-8 di bursa.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular