Sedang Tumbuh Tinggi, PDB Australia Diramal Hard Landing!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
07 September 2022 15:30
Gedung Opera berwarna bendera ukraina di Sydney, Australia
Foto: Seorang pria berlari di sepanjang trotoar di seberang Gedung Opera yang diterangi dengan warna bendera nasional Ukraina sebagai dukungan solidaritas atas invasi Rusia di Sydney, Australia, Senin (28/2/2022). (AP Photo /Mark Baker)

Tingkat pengangguran di Negeri Kanguru tersebut telah berada pada level terendah dalam 50 tahun terakhir di 3,4%, tetapi kabar buruknya karena mereka kekurangan tenaga kerja saat ini. Penutupan perbatasan yang berlangsung lebih dari dua tahun selama pandemi turut memblokir akses ke pekerja potensial.

Masalah kekurangan pekerja ini juga terjadi akibat sistem visa Australia yang sulit dilalui para pekerja migran. Bahkan sebelum pandemi. Diketahui bahwa ratusan ribu orang menunggu aplikasi visa mereka diproses. Ini menciptakan disinsentif bagi pelamar baru yang sangat terampil, yang mungkin mendapatkan penawaran di tempat lain.

Pemerintah Australia juga telah mengusahakan dengan meningkatkan jumlah migrasi permanen menjadi 195.000 orang, meningkat 35.000 orang. Namun, hal tersebut tentunya membutuhkan waktu penyesuaian untuk dapat mengisi kembali kesenjangan pasar tenaga kerja.

Pasar tenaga kerja yang ketat membuat upah naik lumayan tinggi yang tentunya menguntungkan para pekerja. Hal tersebut kian membuat konsumsi masyarakat naik. Tercermin dari penjualan ritel yang terus tumbuh.

Pada Senin (5/9), Biro Statistik Australia melaporkan angka penjualan ritel di Agustus 2022 tumbuh 1,3% ketimbang bulan sebelumnya menjadi AU$ 34,7 miliar dan menjadi posisi tertinggi dalam 4 bulan terakhir. Jika dibandingkan dengan periode Agustus 2021, angka penjualan ritel melesat 16,5%.

"Jelas konsumen Australia tidak melempar handuk menghadapi kenaikan harga dan tingginya suku bunga," kata Marcel Thieliant, ekonom senior di Capital Economics, sebagaimana dilansirCNBC International.

"Tingginya penjualan ritel menggambarkan melonjaknya pendapatan tenaga kerja, pertumbuhan pekerja sangat kuat begitu juga dengan tingkat saving rumah tangga tinggi," tambah Thieliant.

Pasar tenaga kerja yang ketat, berpotensi membuat RBA akan terus agresif untuk meredam konsumsi masyarakat dengan menaikkan suku bunga acuannya.

Kepala Analis KPMG Brendan Rynne memprediksikan RBA akan terus menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 bps pada Oktober 2022 dan membawa tingkat suku bunga di 2,6%. Kepala Analis Commonwealth Bank Gareth Aird juga sependapat.

"Kami pikir jika RBA berhenti setidaknya selama beberapa bulan dalam siklus pengetatan mereka, ketika suku bunga di 2,6% atau 2,85%," tutur Aird.

Namun, Aird menilai dengan kebijakan yang super ketat, kemungkinan akan menghasilkan hard landing dalam perekonomian.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular