Vale Punya Smelter Rendah Karbon ke-2 Bernilai Rp31,28 T

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Selasa, 06/09/2022 18:35 WIB
Foto: PT PLN (Persero) dan PT Aneka Tambang Tbk tandatangani HoA untuk memasok listrik ke smelter feronikel Antam di Halmahera Timur. Doc PLN.

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sedang mengembangkan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi tengah (Sulteng). Proyek smelter dibangun dengan teknologi rendah karbon yang kedua di Indonesia setelah smelter Sorowako.

Direktur Utama PT Vale Indonesia Febriany Eddy proyek senilai US$ 2,1 miliar atau Rp 31,28 triliun (kurs Rp 14.898/US$) ini nantinya akan menggunakan teknologi rendah karbon dalam proses pengolahannya. Salah satunya dengan menggunakan teknologi rotary kiln-electric furnace (RKEF).

"Mitra kami mendukung untuk menggunakan teknologi rendah karbon. Pabrik ini akan menjadi RKEF yang digerakkan dengan tenaga gas alam. Ini akan menjadi pabrik dengan intensitas karbon kedua terendah di Indonesia setelah pabrik Sorowako," ujarnya dalam acara Penandatanganan Perjanjian Investasi dan Kerja Sama untuk Proyek Blok Bahodopi, Selasa (6/9/2022).


Adapun dalam proses pembangunan proyek ini, Vale turut menggandeng Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai). Menurut dia, pihaknya bersama partner telah berkomitmen dalam melakukan kegiatan penambangan yang berkelanjutan.

Bahkan nantinya terdapat tambahan investasi sebesar US$ 300 juta (sudah termasuk di dalam US$ 2,1 miliar) yang akan digelontorkan untuk tambahan fasilitas LNG. Kapasitas produksi dari proyek ini direncanakan akan berkisar 73.000-80.000 metrik ton nikel per tahun.

"Untuk menunjukkan lagi kami juga bersepakat membuat persemaian yang besar sampai 10 juta pohon masing-masing di Bahodopi dan Pomala, sesuai tujuan vale untuk memperbaiki kualitas hidup kami juga memegang prinsip di mana kami beroperasi harus bawa kemakmuran bersama," katanya.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Forum Industri Nikel Minta Kenaikan Tarif Royalti Dikaji Ulang