
Pemilik Jaringan SPBU Vivo Rupanya Konglomerasi Kelas Kakap!

Awal Juni lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta Vitol untuk menghentikan pengiriman minyak Rusia dan menuduhnya "mencari keuntungan dari blood oil."
Dilansir The Guardian, kepala penasihat ekonomi Zelenskiy, Oleg Ustenko, meminta Vitol untuk menyatakan kapan akan mengirimkan barel terakhir minyak Rusia dan berapa banyak minyak yang akan dikirim hingga tanggal tersebut.
Zelensky sebelumnya juga telah meminta Vitol untuk menutup transaksi bisnisnya dengan Rusia pada bulan Maret yang disebutnya ikut membiayai perang di Eropa Timur dan melakukan "pembunuhan massal orang-orang yang tidak bersalah".
Vitol yang memiliki saham minoritas di proyek Minyak Vostok milik perusahaan minyak Rusia Rosneft mengatakan pada bulan April bahwa pihaknya tidak akan melakukan transaksi minyak mentah dan produk baru Rusia.
Perusahaan mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Vitol telah mengurangi volume pengiriman minyak mentah dan produk Rusia sekitar 80% sejak Januari 2022 dan akan terus mengurangi volume ini hingga akhir tahun.
"Setiap minyak mentah atau produk Rusia yang dikirim oleh Vitol sepenuhnya mematuhi semua undang-undang, peraturan, dan sanksi yang berlaku, termasuk yang berlaku di UE, Swiss, Inggris, dan AS. Transaksi Rusia yang tunduk pada kewajiban pelaporan UE diumumkan kepada otoritas terkait, di mana Vitol memiliki hubungan yang terbuka dan transparan."
Sebelum dicecar Zelensky, Vitol juga sempat menghadapi sejumlah permasalahan lain dalam beberapa tahun terakhir. Dilaporkan NPR, pada tahun 2020, Vitol mengaku membayar jutaan dolar suap untuk kontrak minyak di Brasil, Ekuador, dan Meksiko, dan membayar lebih dari 135 juta dolar untuk menyelesaikan penyelidikan Department of Justice AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)