Bukan Cuma Pertalite yang Naik, IHSG Sesi I Juga Lompat 0,58%
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Senin (5/9/2022). IHSG sempat dibuka melemah 0,17% di posisi 7.164,95 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 0,58% atau 41,38 poin ke 7.218,56 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB.
Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 7,91 triliun dengan melibatkan lebih dari 19 miliar saham. Level tertinggi berada di 7.233,42 sekitar pukul 10:40 WIB sementara level terendah berada di 7.147,98 sesaat setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini melemah yakni sebanyak 260 unit, sedangkan 247 unit lainnya menguat, dan 184 sisanya stagnan.
Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya hari ini, yakni mencapai Rp 738,5 miliar. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 607,5 miliar dan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) di posisi ketiga sebesar Rp 337,9 miliar.
Penguatan IHSG terjadi di tengah kondisi pasar masih terus dibayangi oleh pernyataan bos The Fed Jerome Powell pada Simposium Tahunan Jackson Hole terkait arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) yang memberi sinyal akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan September ini.
The Fed juga tengah bersiap untuk mengambil kebijakan yang cukup restriktif untuk mengembalikan inflasi ke kisaran target 2%, meskipun harus berdampak negatif untuk rumah tangga dan pelaku bisnis.
Dari dalam negeri, sentimen masih terkait kenaikan BBM bersubsidi. Pada Sabtu (3/9/2022), pemerintah akhirnya mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, solar subsidi menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter.
Harga baru tersebut juga langsung diberlakukan sejak Sabtu pukul 14:30 WIB tepat 1 jam setelah pengumuman dari Presiden. Hal ini cukup mengejutkan publik, pasalnya pemberlakuan kenaikan harga BBM dilakukan pada hari libur. Meskipun, isu kenaikan BBM sudah mencuat sejak beberapa hari terakhir.
Pemerintah juga berkali-kali mengeluhkan beratnya beban subsidi yang mencapai Rp 502 triliun. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan telah melakukan berbagai upaya untuk menahan harga bensin naik, di tengah kenaikan harga minyak. Namun, Jokowi menegaskan bahwa situasi memang tak terelakkan.
Jokowi mengaku tetap ingin agar harga BBM tetap berada pada level saat ini. Namun, Jokowi menegaskan kas keuangan negara sudah menanggung beban yang cukup berat, karena beban subsidi BBM yang naik hingga tiga kali lipat.
"Saya sebetulnya ingin harga BBM dalam negeri tetap terjangkau dengan memberikan subsidi dari APBN, tetapi anggaran subsidi dan kompensasi tahun 2022 telah meningkat 3 kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun," katanya.
Dengan kenaikan harga BBM ini maka akan memicu kenaikan biaya transportasi, hingga memicu lonjakan harga pangan akibat tingginya biaya logistik. Maka inflasi tanah air di proyeksikan akan meninggi bahkan akan menggerus daya beli masyarakat.
Inflasi diproyeksi akan menembus 6-7% secara year on year (yoy) sehingga potensi Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga juga terbuka. Hal ini tentunya akan mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal IV-2022.
Sementara itu, kenaikan harga BBM tidak melulu berdampak negatif. Riset Bahana Sekuritas menyebut kenaikan harga BBM akan menciptakan kepastian di pasar. Tidak ada lagi yang menebak-nebak.
Meski inflasi Indonesia bisa menyentuh kisaran 6-7%, riset Bahana memperkirakan aksi jual terhadap aset-aset keuangan akan terbatas. Sebab, bagaimanapun inflasi Indonesia masih di bawah negara-negara lain. Di Inggris, misalnya, inflasi mencapai 10,1% pada Juli 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum)