Awal Pekan Bursa Asia Dibuka Gak Kompak, Gimana Nasib IHSG?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung bervariasi pada perdagangan Senin (5/9/2022), karena investor menanti rilis data aktivitas sektor jasa China pada periode Agustus 2022.
Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,33%, Hang Seng Hong Kong merosot 0,79%, dan Shanghai Composite China turun tipis 0,08%.
Sedangkan untuk indeks ASX 200 Australia dibuka naik 0,11%, Straits Times Singapura menguat 0,47%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,17%.
Dari China, data aktivitas jasa yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi Caixin periode Agustus 2022 akan dirilis pada hari ini. Pasar memperkirakan sektor jasa Negeri Panda akan berkontraksi menjadi 51, meskipun masih berada di zona ekspansi.
Cenderung bervariasinya bursa Asia-Pasifik pada hari ini terjadi di tengah amblesnya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS), atau Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup merosot 1,07% ke posisi 31.318,44, S&P 500 tergelincir 1,07% ke 3.924,26, dan Nasdaq Composite ambles 1,31% menjadi 11.630,86.
Pasar masih terus dibayangi dengan pernyataan ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell dalam Simposium Tahunan Jackson Hole dua pekan lalu soal arah kebijakan suku bunga bank sentral Negeri Paman Sam tersebut.
Apa yang disampaikan oleh 'Jay' Powell kurang lebih mensinyalkan bahwa ke depan ruang untuk kenaikan suku bunga acuan masih terbuka.
The Fed bersiap untuk mengambil kebijakan yang cukup restriktif untuk mengembalikan inflasi ke kisaran target 2%, meskipun harus berdampak negatif untuk rumah tangga dan pelaku bisnis.
Hal ini membuat indeks saham anjlok, tetapi indeks dolar AS menguat dan imbal hasil obligasi pemerintah AS untuk tenor 10 tahun kembali mengalami kenaikan ke atas level 3%.
Sementara itu tingkat pengangguran di AS dilaporkan meningkat ke 3,7%. Tingkat pengangguran ini masih berada di level yang tergolong rendah.
Dengan kondisi tersebut, pelaku pasar masih memperkirakan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan September ini.
Kebijakan The Fed setelah komentar Powell memang dinanti oleh pelaku pasar. Namun di tengah ancaman resesi ekonomi AS, beberapa pelaku pasar juga mulai mengantisipasi akan adanya pemangkasan suku bunga acuan pada 2023 nanti.
Namun terlepas dari itu semua, pasar saham AS kembali tertekan. Banyak yang memperkirakan jika S&P 500 gagal bertahan di 3.900, maka bahaya kembali mengintai pasar saham AS, apalagi bulan September secara historis merupakan bulan yang buruk untuk pasar saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Bursa Asia Bangkit Mengekor Wall Street, Kecuali Shanghai
(chd/vap)