Tolong Pak Jokowi, Timah Minta Ini Soal Penambang Ilegal

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Senin, 05/09/2022 09:30 WIB
Foto: PT Timah TBK (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten BUMN pertambangan PT Timah Tbk (TINS), meminta agar pemerintah dapat memberantas penambang ilegal. Sebab, hal tersebut sangat mempengaruhi hasil produksi logam timah perseroan yang pada semester pertama tahun ini mengalami penurunan.

PT Timah Tbk (TINS) mencatat, produksi logam timah sepanjang semester pertama tahun ini turun sebesar 14% menjadi 9.901 ton, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 11.457 ton. Sebesar 39% atau 3.829 ton berasal dari penambangan darat, sementara sisanya 61% atau 6.072 ton berasal dari penambangan laut.

Sekretaris Perusahaan TINS Abdullah Umar Baswedan menjelaskan, dalam aktivitas penambangan yang dilakukan oleh masyarakat, terdapat kompensasi yang diberikan dari hasil kerja sama antara perseroan dan masyarakat.


"Kan kita sebetulnya kerja sama kemitraan itu ada kompensasi. Mereka menambang di lokasi kita kemudian kita kasih kerja sama dan ada kompensasi," ujarnya dikutip Senin (5/9/2022).

Menurutnya, melonjaknya harga logam yang sangat tinggi, ditambah adanya penambang ilegal menciptakan disparitas harga dalam kompensasi tersebut. Sehingga produksi yang ada di lokasi hulu tidak masuk ke PT Timah karena adanya disparitas harga tersebut.

"Di penambangan rakyat, mereka melakukan penambangan memang ada disparitas harga dalam artian kompensasi. Harga produksi yang ada di lokasi hulu kita itu enggak masuk ke PT Timah karena disparitas harga itu," imbuhnya.

Dengan demikian, Abdullah berharap pemerintah dapat melakukan intervensi dengan melibatkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB), terkait penambang ilegal tersebut. Sebab, melalui penertiban RKAB tersebut, pemerintah dapat menjamin produksi bijih timah perseroan.

"Kita percaya regulator punya aturan dan pasti terdokumentasi saat proses pengajuan RKAB, dan akan di-review kembali, dari Kementerian ESDM terutama," lanjut dia.

Abdullah menambahkan, perseroan juga menargetkan volume produksi bijih timah tahun ini sebesar 35 ribu ton. "Kalau target masih sekitar 30-35 ribu ton bijih timah. Target ini naik dibanding realisasi tahun lalu," pungkasnya.


(vap/vap)