Top Gainers-Losers
Ini Saham Paling Cuan dan Boncos Pekan Lalu, Ada Punya Kamu?

Selain beberapa saham yang berhasil masuk ke jajaran top gainers, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Jumat pekan lalu.
![]() |
Saham emiten produsen alas kaki, terutama sepatu olah raga yakni PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) memimpin jajaran top losers pada perdagangan Jumat pekan lalu. Saham BIMA ditutup ambles 6,99% ke posisi Rp 266/saham.
Nilai transaksi saham BIMA pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 11,54 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 40,07 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham BIMA sebesar Rp 31,44 juta di pasar reguler.
Menurut data perdagangan, sejak 22 Agustus hingga akhir pekan lalu, saham BIMA mencatatkan penguatan sebanyak 4 kali dan melemah sebanyak 6 kali.
Dengan ini, maka saham BIMA mencatatkan penurunan hingga mencapai 3,62% dalam sepekan terakhir. Namun dalam sebulan terakhir, saham BIMA masih melesat 14,66%.
Penyebab amblesnya harga saham BIMA adalah perihal adanya pemantauan khusus dari bursa, di mana bursa memasukkan saham BIMA ke dalam daftar pemantauan khusus mulai Jumat pekan lalu.
Menurut pengumuman di website BEI, BIMA mendapatkan kriteria efek dalam pemantauan khusus nomor 5. Artinya, perusahaan memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir.
"Menunjuk Peraturan Nomor II-S tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus dan dalam rangka memberikan perlindungan kepada Investor terkait informasi fundamental dan/atau likuiditas Perusahaan Tercatat, dengan ini Bursa menetapkan Daftar Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus berlaku efektif pada tanggal 2 September 2022," jelas BEI.
Dalam laporan keuangan terbaru pada semester pertama tahun ini, perseroan mencatatkan ekuitas negatif sebesar Rp 848,77 juta.
Angka ini berbanding terbalik dengan posisi akhir tahun lalu yang masih mencatatkan ekuitas positif sebesar Rp 9,37 miliar.
Selain saham BIMA, terdapat pula saham emiten bidang usaha jasa penyewaan alat-alat untuk monetisasi minyak dan gas dengan menggunakan teknologi kompresi untuk penurunan emisi gas rumah kaca yakni PT Sigma Energy Compressindo Tbk (SICO), yang harga sahamnya ambrol 6,99% ke posisi Rp 216/saham.
Nilai transaksi saham SICO pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 31,74 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 138,68 juta lembar saham. Asing melepas saham SICO sebesar Rp 14,49 juta di pasar reguler.
Menurut data perdagangan, sejak 22 Agustus hingga akhir pekan lalu, saham SICO mencatatkan penguatan sebanyak 6 kali dan melemah sebanyak 4 kali.
Dalam sepekan terakhir, saham SICO melonjak 40,26%, sedangkan dalam sebulan terakhir, saham SICO melejit 56,52%.
Belum diketahui terkait penurunan saham SICO. Tetapi, perseroan menargetkan pendapatan meningkat 17% di tahun ini. SICO melepas 270 juta saham, atau setara dengan 29,67% dari modal yang disetor penuh setelah IPO.
Jika melihat kinerja laporan keuangannya per Desember 2021, SICO berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 6,07 miliar.
SICO berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca dengan memangkas hingga 1.500 MMSCF gas/tahun senilai US$ 12,5 juta.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)