Weekend Ceria! IHSG Dibuka Hijau, Kembali Pepet Level 7.200

Putra, CNBC Indonesia
02 September 2022 09:16
Karyawan melintas di depam layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan Jumat (2/9/2022).

IHSG dibuka naik ke 7.160,83 dan terus melanjutkan penguatan. Pada 09.08 WIB, IHSG tercatat menguat 0,56% ke 7.194,26.

Semalam indeks saham Wall Street ditutup variatif. Indeks Dow Jones dan S&P 500 berhasil menguat masing-masing 0,46% dan 0,30%.

Namun indeks teknologi Nasdaq Composite melemah 0,26% seiring dengan kenaikan yield obligasi pemerintah AS.

Yield US Treasury untuk tenor 10 tahun kembali meningkat akhir-akhir ini dan semalam ditutup tembus ke atas 3,20%.

Data ketenagakerjaan AS masih apik dan sektor manufakturnya masih terus ekspansif sehingga berpotensi membuat bank sentralnya akan terus mengerek suku bunga acuan ke depan.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan deflasi 0,21% terjadi di bulan Agustus 2022 setelah di bulan sebelumnya mengalami inflasi lebih dari 0,6%.

Sementara itu indeks PMI manufaktur Indonesia tetap berada di zona ekspansif di 51,7 pada bulan Agustus 2022 atau naik 0,3 poin dari bulan sebelumnya.

Dalam 20 tahun terakhir, IHSG cenderung mencatatkan kinerja yang cemerlang di bulan September. Statistik menunjukkan bahwa IHSG menghasilkan return positif sebanyak 12x dan tercatat sebanyak 8x melemah.

Meskipun statistik menunjukkan kinerja positif, tetapi tantangan IHSG cukup besar. Ada beberapa tantangan utama. Pertama dari eksternal.

Di bulan September ini bank sentral AS akan kembali mengadakan rapat untuk memutuskan kebijakan moneternya.

Apabila mengacu pada pernyataan Bos The Fed Jerome Powell dalam Symposium Tahunan Jackson Hole, bank sentral AS akan menempuh kebijakan yang restriktif agar inflasi kembali turun ke target 2%.

Pelaku pasar memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps lagi di bulan ini.

Sentimen kedua datang dari dalam negeri. Pemerintah sejauh ini belum memutuskan kebijakan terkait harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar.

Namun kemungkinan besar pemerintah akan tetap menaikkan harga meskipun tidak diketahui berapa besarnya.

Apabila tidak dinaikkan, maka pemerintah harus menanggung subsidi yang besarnya mencapai Rp 700 triliun.

Namun apabila dinaikkan dampaknya akan cenderung menaikkan inflasi yang cukup signifikan. Para ekonom memperkirakan inflasi bisa melesat lebih dari 6%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(trp/vap) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular