RI Deflasi, Eh Kok Rupiah Ikutan Terdepresiasi...

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
01 September 2022 11:54
penukaran uang, rupiah
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah kembali dilibas dolar Amerika Serikat (AS), hingga di pertengahan perdagangan Kamis (1/9/2022). Indeks dolar AS kembali perkasa di pasar spot dan turut menekan laju mayoritas mata uang di Asia.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,13% ke 14.860/US$. Sayangnya, rupiah kembali melemah lebih tajam 0,3% ke Rp 14.885/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Terkoreksinya Mata Uang Garuda dipicu oleh menguatnya indeks dolar AS di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS terpantau terapresiasi cukup tajam 0,37% ke posisi 109,1. Berada kian dekat dengan rekor tertinggi dua dekade di 109,29 pada pertengahan Juli 2022.

Keperkasaan dolar AS ditopang oleh prediksi pasar bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada pertemuan di 21-22 September 2022.

Bahkan, Lorie Logan yang baru secara resmi menjabat sebagai Presiden Fed Dallas pada pekan lalu, turut memberikan pernyataan yang hawkish pada Rabu (31/8), mendukung Ketua Fed Jerome Powell.

"Temanya sangat jelas ... prioritas yang jelas adalah menurunkan inflasi, karena memiliki implikasi dan kesulitan yang signifikan bagi bisnis dan rumah tangga. Dan itu benar-benar sejalan dengan prioritas saya sendiri," tutur Logan dikutip Reuters.

Alat ukur FedWatch juga menunjukkan sebanyak 75% analis memproyeksikan kenaikan sebesar 75 basis poin (bps) pada September 2022. Sementara 25% memprediksikan kenaikan hanya 50 bps.

Prediksi mengenai kenaikan suku bunga agresif kian santer dan membuat permintaan akan dolar AS pun meningkat.

"Dolar AS sedikit lebih naik, sebagian karena kami pikir pasar meremehkan seberapa tinggi Federal Reserve dapat mengambil suku bunga dana," kata Capurso dari CBA.

Permintaan akan dolar AS menunjukkan bahwa pasar tengah menghindari aset berisiko dan beralih kepada aset yang kaya akan nilai lindung. Hal tersebut turut mendorong imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun mencapai puncaknya ke 3,516% dan menjadi posisi tertinggi sejak akhir 2007.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indonesia periode Agustus 2022 mengalami deflasi 0,21% ketimbang bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Seperti diketahui, Indonesia terakhir kali mengalami deflasi pada Februari 2022.

Namun dibandingkan Agustus 2021 (year-on-year/yoy), terjadi inflasi 4,69%. Meski masih relatif tinggi, tetapi melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang 4,94%.

Rilis data inflasi hari ini searah dengan ekspektasi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi bulanan pada Agustus 2022 sebesar -0,11% sementara inflasi tahunan 4,83%.

Sementara itu, penguatan dolar AS di pasar spot, nyatanya turut menekan mayoritas mata uang di Asia terkecuali dolar Hong Kong yang berhasil menguat tipis 0,01% terhadap si greenback.

Sedangkan baht Thailand dan dolar Taiwan merupakan mata uang yang terkoreksi paling dalam di Asia, di mana melemah yang masing-masing sebesar 0,55% dan 0,32% terhadap dolar AS. Kemudian, disusul rupiah yang terkoreksi 0,3%. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap) Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular