Detik-Detik Kenaikan Harga Pertalite, Rupiah Galau!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
31 August 2022 09:13
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah berfluktuasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Rabu (31/8/2022), jelang pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah menguat tipis 0,03% ke Rp 14.835/US$. Tetapi tidak lama langsung berbalik melemah 0,07% ke Rp 14.850/US$ pada pukul 9:07 WIB.

Pemerintah memastikan harga bensin subsidi jenis Pertalite dan Solar akan mengalami kenaikan.

Hal tersebut dikemukakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menjawab pertanyaan di forum RSIS Distinguished Public Lecture: Indonesia, Singapore, ASEAN and The New Lansdscape, seperti dikutip Selasa (30/8/2022).

"Jadi kami sekarang berencana untuk menyesuaikan harga [BBM]," kata Airlangga dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan.

"Dan kami telah mengeluarkan, juga untuk mendukung kemampuan dan warga yang membutuhkan, jaminan sosial. Jadi kita merilis program untuk jaminan sosial dan ketika sebanyak 40% warga yang membutuhkan dukungan telah didukung, kami akan menyesuaikan harga dari minyak," jelasnya.

Informasi yang diterima oleh CNBC Indonesia, kenaikan harga BBM Pertalite dan Solar Subsidi ini akan diumumkan pada 31 Agustus ini, dan harga baru kedua BBM tersebut akan berlaku pada 1 September 2022 ini.

"Pada hari Senin (29/8/2022) akan ada rapat lanjutan mengenai tindak lanjut rapat-rapat sebelumnya," ungkap sumber tersebut kepada CNBCIndonesia, Sabtu (27/8/2022).

Sementara itu, dari sumber tersebut juga, kemungkinan kenaikan harga BBM Pertalite di SPBU Pertamina masih akan berada di bawah Rp 10.000 per liter dengan range kenaikan Rp 1.000 sampai Rp 2.500 dari harga yang saat ini Rp 7.650 per liter.

"Kemungkinan di bawah Rp 10.000/liter," kata sumber tersebut.

Selain itu, isu resesi dunia cukup membebani rupiah.

Resesi dunia bisa terjadi akibat bank sentral di berbagai negara yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga guna meredam inflasi.

Sebelumnya dalam simposium Jackson Hole, ketua The Fed Jerome Powell menegaskan masih akan terus menaikkan suku bunga dengan agresif hingga inflasi melandai. Bahkan suku bunga akan ditahan di level tinggi dalam waktu yang lama sampai inflasi mencapai target 2%.

"Memulihkan stabilitas harga kemungkinan membutuhkan stance yang ketat dalam waktu yang lama. Catatan sejarah sangat menentang pelonggaran kebijakan moneter yang prematur," kata Powell dalam acara simposium Jackson Hole, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/8/2022).

Artinya suku bunga tinggi masih akan ditahan dalam waktu yang lama, mengesampingkan pemangkasan di 2023. Powell pun menekankan jika perekonomian Amerika Serikat akan mengalami "beberapa rasa sakit".

"Saat suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi melambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah maka akan membawa inflasi turun, itu juga akan memberikan beberapa kesakitan bagi rumah tangga dan dunia usaha. Itu adalah biaya yang harus kita tanggung guna menurunkan inflasi. Memang menyakitkan, tetapi kegagalan menurunkan inflasi berarti penderitaan yang lebih besar akan terjadi," kata Powell.

Yang terbaru, presiden The Fed wilayah New York, John William, juga menegaskan perlunya kebijakan moneter yang ketat guna memperlambat demand, sehingga inflasi bisa diredam.

"Kita perlu kebijakan yang ketat untuk memperlambat demand, dan kita belum sampai di sana," kata Williams, sebagaimana dilansir CNBC International.

Bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) juga menunjukkan tanda-tada akan agresif. Anggita dewan gubernur ECB, Madis Muller mengatakan ECB seharusnya mulai mendiskusikan kenaikan 75 basis poin di bulan September.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular