Kenaikan Harga di Singapura Melandai, Dolarnya Apa Kabar?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 August 2022 12:25
Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Singapura menjadi salah satu negara yang mengalami masalah inflasi. Namun, data terbaru menunjukkan tekanan kenaikan harga-harga barang mulai melandai, setidaknya dari sisi produsen. Alhasil, nilai tukar dolar Singapura kemarin mampu menguat melawan rupiah, meski berbalik lagi pada perdagangan Selasa (30/8/2022).

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura kemarin menguat 0,41%, sementara pada hari ini pukul 11:28 WIB berbalik melemah 0,2% ke Rp 10.647/SG$.

Data yang dirilis oleh Biro Statistik Singapura kemarin menunjukkan producer price index (PPI) pada Juli tumbuh 19% year-on-year (yoy), turun jauh ketimbang pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 27,9% (yoy). Pertumbuhan tersebut juga menjadi yang terendah sejak Agustus 2021.

Penurunan inflasi dari sektor produsen tersebut tentunya bisa meredakan tekanan inflasi konsumen (consumer price index/CPI). Ketika tekanan harga-harga di produsen menurun, maka harga jual produknya juga bisa menurun.

Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) sebelumnya melaporkan CPI tumbuh 7%(yoy) pada Juli, yang merupakan level tertinggi dalam 14 tahun terakhir, tepatnya sejak Juni 2008. Inflasi inti juga melesat 4,8% (yoy) dari Juni sebesar 4,4%.

MAS melaporkan, kenaikan inflasi tersebut akibat tingginya harga makanan, listrik dan gas. Harga listrik dilaporkan melesat 24% dibandingkan tahun lalu, lebih tinggi dari kenaikan Juni 20%. Kemudian harga makanan naik 6,1% (yoy), juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya 5,4% (yoy).

Kenaikan inflasi tersebut membuat MAS diperkirakan akan kembali mengetatkan kebijakan moneternya, yang bisa membuat dolar Singapura menguat.

Bank investasi Barclays mengatakan untuk meredam inflasi, nilai tukar dolar Singapura perlu lebih kuat lagi. Artinya, dolar Singapura bisa semakin mahal jika kebijakan tersebut yang diambil MAS.

"Framework dolar Singapura dimaksudkan untuk memperlambat ekspor, sebab dolar Singapura akan terapresiasi merespon kebijakan moneter, dan secara natural akan memperlambat perekonomian," kata Brian Tan, ekonom regional senior di Barclays, sebagaimana dilansir CNBC International, pertengahan bulan lalu.

Penguatan dolar Singapura sudah pasti akan membuat ekspor, yang merupakan motor penggerak ekonomi, melambat, tetapi menurut Tan hal itu menjadi faktor yang "tepat" yang dibutuhkan Singapura untuk meredam inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Singapura Lagi Murah-murahnya, Yakin Gak Mau Borong?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular