
IHSG Nggak Takut Powell Lagi, Menguat 1% di Sesi Pertama

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Selasa (30/8/2022) setelah sehari sebelumnya ditutup ambles karena investor merespons negatif dari pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS).
IHSG dibuka menguat di posisi 7.154,75 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 1,11% atau 79,21 poin ke 7.211,26 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 8,34 triliun dengan melibatkan lebih dari 20 miliar saham.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona hijau, pukul 09:07 WIB indeks terpantau melanjutkan penguatan 0,41% ke 7.161,19. Pukul 10:32 WIB IHSG terpantau melesat 1,08% ke 7.207,46 dan konsisten berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi pertama.
Level tertinggi berada di 7.220,82 sekitar 10:25 WIB dan level terendah berada di 7.0140,16 sesaat setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini menguat yakni sebanyak 312 unit, sedangkan 195 unit lainnya melemah, dan 180 sisanya stagnan.
Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya hari ini, yakni mencapai Rp 696,5 miliar. Sedangkan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 412,2 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga sebesar Rp 369,7 miliar.
Pergerakan IHSG siang ini enggan mengekor Wall Street yang kembali ambrol pada perdagangan semalam yang masih dipicu oleh pidato ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell di simposium Jackson Hole.
Penguatan IHSG terjadi di tengah kondisi pasar yang masih dibayangi oleh sentimen negatif. Mulai dari isi pidato Powell di simposiun Jackson Hole hingga isu kenaikan harga BBM.
Isi pidato Powel begitu disorot dan berhasil membuat pasar ketar-ketir. Pasalnya, Powell menyampaikan komitmen tegasnya untuk menghentikan inflasi, sekaligus memperingatkan bahwa ia mengharapkan The Fed untuk terus menaikkan suku bunga dengan cara yang akan menyebabkan "kesakitan" pada ekonomi AS.
"Saat suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi melambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah maka akan membawa inflasi turun, itu juga akan memberikan beberapa kesakitan bagi rumah tangga dan dunia usaha. Itu adalah biaya yang harus kita tanggung guna menurunkan inflasi. Memang menyakitkan, tetapi kegagalan menurunkan inflasi berarti penderitaan yang lebih besar akan terjadi," kata Powell dalam acara simposium Jackson Hole, sebagaimana dilansirCNBC International, Jumat (26/8/2022).
Dalam pidatonya Powell menegaskan bahwa The Fed akan "menggunakan alat kami dengan paksa" untuk menurunkan inflasi yang masih mendekati level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun.
Bahkan dengan serangkaian empat kenaikan suku bunga berturut-turut dengan total 2,25 poin persentase, Powell mengatakan ini tidak akan berhenti bersikap keras, meskipun suku bunga acuan mungkin berada di sekitar area yang dianggap tidak stimulatif atau membatasi pertumbuhan.
Hasil survei terbaru dariReutersmenunjukkan para analis melihat perekonomian AS akan mengalami resesi dalam 12 bulan ke depan, dengan probabilitas 45%, naik dari probabilitas dalam survei Juli lalu sebesar 40%.
Sentimen pelaku pasar yang buruk pun meluas ke berbagai belahan bumi. Isu resesi dunia semakin menguat, sebab banyak bank sentral diperkirakan akan mengambil langkah yang sama dengan The Fed guna meredam inflasi.
Sementara dari dalam negeri, sentimen masih diwarnai oleh isu kenaikan BBM subsidi. Pelaku pasar tengah menanti pengumuman harga terbaru untuk BBM subsidi Pertalite dan Solar. Kenaikan harga BBM Pertalite dan Solar Subsidi ini akan diumumkan pada 31 Agustus ini, dan harga baru kedua BBM tersebut akan berlaku pada 1 September 2022 ini.
Isu kenaikan keduanya semakin menguat setelah pemerintah menggelontorkan bantuan sosial senilai Rp 24 triliun. Memang pemerintah tidak secara gamblang menyebut bansos tersebut sebagai bantalan dari dana pengalihan subsidi BBM.
Kenaikan harga BBM subsidi bisa mengerek inflasi yang pada akhirnya berdampak buruk bagi perekonomian Tanah Air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum)
Next Article Transaksi Mulai Ramai, Waspada IHSG Lanjut Lemas di Sesi II