
Transaksi Mulai Ramai, Waspada IHSG Lanjut Lemas di Sesi II

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir merosot 0,31% ke 6.834,98 usai bergerak cukup volatil pada sesi I, Senin (27/2/2023). Suasana bursa regional ikut menyeret IHSG ke zona merah.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi tengah hari ini terbilang ramai Rp7,53 triliun, berbeda dengan lesunya transaksi akhir-akhir ini.
Sebut saja, sejak 10 Februari hingga 24 Februari lalu, nilai transaksi harian bursa tidak pernah lebih dari Rp10 triliun. Pada Jumat (24/2) lalu saja, nilai transaksi harian hanya Rp8,94 triliun.
Demikian pula dengan volume perdagangan yang sudah mencapai 14,88 miliar saham hingga istirahat siang. Angka tersebut mendekati rerata volume 20 hari (15,73 miliar saham).
Dari regional, indeks Nikkei 225 (Tokyo) turun 0,20%, Hang Seng (Hong Kong) minus 0,47%, Shanghai Composite terkoreksi tipis 0,03%, dan Straits Times (Singapura) melorot 0,51%.
Salah satu sentimen negatif berasal dari bursa Acuan Amerika Serikat (AS) yang ditutup lesu pada perdagangan pekan lalu.
Pada perdagangan Jumat (24/2), S&P 500 turun 1,05%, indeks komposit padat teknologi Nasdaq melemah 1,69% dan indeks blue-chip Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi 1,02%.
Pasar global kembali waspada akan kenaikan suku bunga The Fed yang masih cenderung hawkish.
Para pejabat The Fed berharap untuk menaikkan suku bunga setengah poin persentase dalam pertemuan mendatang karena inflasi sulit dikendalikan dengan laju kenaikan suku bunga saat ini.
Investor pun memperhatikan berbagai rilis data ekonomi dan agenda penting di dalam negeri dan global.
Di dalam negeri, investor perlu memperhatikan Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK dan data inflasi dan aktivitas manufaktur Indonesia.
Selain itu, CNBC Indonesia Economic Outlook 2023 juga akan digelar dengan kehadiran para pemangku kepentingan di bidang fiskal dan moneter.
Di kancah global, terdapat berbagai rilis data penting seperti indeks sentimen ekonomi di Eropa, penjualan ritel di Jepang dan Australia, dan rapat kebijakan moneter bank sentral Eropa.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu jam (hourly) dan menggunakan Fibonacci Retracement untuk mencari resistance dan support terdekat. Digunakan pula indikator Bollinger Band (BB) untuk menemukan support dan resistance selanjutnya.
Selama sesi I, IHSG dibuka dengan candle merah berbentuk shooting star, sebelum kemudian diikuti candle merah lainnya dan ditutup dengan candle hijau berbentuk doji. Candle doji mengindikasikan kegalauan pasar.
IHSG ditutup di atas pita tengah BB (6.832,60), yang menjadi support terdekat. Di samping itu, IHSG masih bertahap di bawah area Fibonacci 38,2% (6.836) yang berpeluang akan diuji di sesi II nanti.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Posisi RSI juga ditutup turun tipis di angka 44,78, termasuk netral untuk melihat arah IHSG selanjutnya.
Sedangkan, dilihat dari indikator lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD mendekati garis sinyal di teritorial negatif yang boleh jadi akan mengarah ke dead cross, sebuah pertanda bearish.
Melihat indikator yang tidak sepenuhnya senada di muka, pada sesi II nanti, IHSG akan kembali bergerak mixed dan berpeluang ditutup di zona merah.
Level support terdekat di level 6.830, apabila tertembus, IHSG akan menguji support selanjutnya di angka 6.815. Sedangkan, level resistance terdekat di 6.853 dan 6.869.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat