Pidato 8 Menit Tak Lagi Bertuah, Bursa Asia Cenderung Cerah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
30 August 2022 08:46
Karyawan melintas di depam layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Selasa (30/8/2022), setelah sehari sebelumnya ditutup berjatuhan karena investor merespons negatif dari pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS).

Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,75%, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,2%, Shanghai Composite China naik 0,18%, Straits Times Singapura dan ASX 200 Australia melaju 0,23%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,59%.

Dari Jepang, tingkat pengangguran pada periode Juli 2022 masih sama dengan periode Juni 2022, yakni sebesar 2,6%. Angka ini juga sesuai dengan ekspektasi pasar.

"Saat terjadinya pandemi Covid-19, Jepang memiliki kekurangan besar dalam pekerjaan layanan tatap muka dibandingkan dengan sebelum atau pra-Covid-19," kata Marcel Thieliant, ekonom di Capital Economics mengatakan di acara "Squawk Box Asia" CNBC International.

Dia menambahkan bahwa data tersebut menunjukkan konsumsi telah terpengaruh akibat lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini di Jepang.

"Itu akan mengakibatkan terhentinya perbaikan di pasar tenaga kerja dan stagnasi hari ini dalam tingkat pengangguran yang konsisten," tambahnya.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah masih melemahnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Senin kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,57% ke posisi 32.098,99, S&P 500 terkoreksi 0,67% ke 4.030,61, dan Nasdaq Composite masih ambles 1,02%, menjadi 12.017,67.

Seperti diketahui, sejak Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell berpidato di simposium Jackson Hole, Wall Street terus merosot. Jumat lalu, ketiga indeks utama jeblok lebih dari 3%.

Sentimen pelaku pasar yang buruk pun meluas ke berbagai belahan bumi. Isu resesi dunia semakin menguat, sebab banyak bank sentral diperkirakan akan mengambil langkah yang sama dengan The Fed guna meredam inflasi.

"Volatilitas pasar ke depannya akan meningkat sebab bank sentral di dunia akan lebih agresif, kata Mohamed El-Erian, kepala penasehat ekonomi Allianz, dalam acara "Squawk Box" CNBC International, Senin (29/8/2022) waktu setempat.

Pejabat elit bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) kini sudah mengindikasikan harus agresif demi meredam inflasi.

Seperti diketahui, ECB di bawah pimpinan Christine Lagarde pada bulan lalu menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 0%.

Dengan suku bunga 0%, ECB masih memberikan stimulus ke perekonomian, dan masih berisiko memicu inflasi. Para ekonom menganggap suku bunga ECB akan netral jika berada di 1,5%.

Artinya, ECB kemungkinan akan bertindak agresif juga guna meredam inflasi yang berada di rekor tertinggi sepanjang masa.

Anggota dewan gubernur ECB, Isabel Schnabel pada akhir pekan lalu mengatakan bank sentral harus agresif dalam meredam inflasi, meski konsekuensinya perekonomian mengalami resesi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular