Masih Rajin Bakar Duit, Grab Bukukan Kerugian Rp 8,3 T
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan teknologi asal Singapura, Grab Holdings, membukukan kenaikan insentif 28% secara tahunan (yoy) yang diberikan kepada pelanggan.
Dalam earning call untuk kuartal kedua (April-Juni) tahun ini, Grab menyebut bahwa insentif yang diberikan kepada pelanggan naik menjadi US$ 311,1 juta atau setara dengan Rp 4,64 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$).
Sebelumnya pada periode yang sama tahun lalu besar insentif kepada pelanggan adalah sebesar US$ 242,6 juta (Rp 3,61 triliun).
Bila dibandingkan dengan total transaksi, subsidi yang diberikan tersebut setara 6,2% total gross merchandise value (GMV) Grab yang pada kuartal kedua angkanya mencapai US$ 5,1 miliar (Rp 76 triliun).
Seluruh segmen bisnis perusahaan mengalami kenaikan jumlah subsidi, dengan porsi terbesar masih dicatatkan oleh segmen pengiriman. Bisnis pengiriman makanan menjadi salah satu ceruk bisnis baru yang diperebutkan oleh banyak pihak.
Selain Grab yang saat ini masih memimpin pasar, terdapat Go-Food yang mengekor tidak jauh di belakang. Pemain besar lain yang mulai mencoba peruntungan di segmen ini termasuk Shopee, Traveloka hingga AirAsia.
Grab memberikan insentif khusus segmen pengiriman makanan hingga US$ 221 juta (Rp 3,29 triliun) kepada para pelanggan pada kuartal II tahun ini. Angka tersebut naik 20% dari periode yang sama tahun lalu, namun turun 12% dari kuartal sebelumnya.
Akibat masih besarnya insentif yang diberikan, - khususnya bagi pelanggan - dalam tiga bulan kedua tahun ini, total kerugian yang dicatatkan Grab mencapai US$ 572 juta (Rp 8,29 triliun). Angka jumbo tersebut nyatanya membaik signifikan atau kerugian Grab berkurang 40% dari periode yang sama tahun lalu.
Selain mampu memangkas kerugian secara tahunan, kinerja top line Grab juga tercatat meningkat tajam hingga naik 79% menjadi US$ 321 juta (Rp 4,78 triliun).
Demi memperjuangkan profitabilitas, komisi atas bisnis pengiriman dinaikkan menjadi 20,8% dari semula 18%. Akan tetapi meski diuntungkan secara bisnis, kenaikan tersebut bisa semakin memberatkan mitra bisnis yang ingin take rate dapat serendah mungkin.
Selanjutnya, komisi yang diambil dari bisnis transportasi online malah tercatat turun sedikit menjadi 23,2% pada kuartal kedua tahun ini, dari semula 23,7% pada kuartal kedua tahun 2021 lalu.
Penurunan tersebut membuat Grab menjadi semakin kompetitif dengan harapan dapat mempertahankan atau menambah jumlah mitra pengemudi. Sebagai perbandingan, hingga akhir kuartal pertama tahun ini take rate untuk Gojek adalah 21% atau naik dari 19,2% setahun lalu.
Meski dengan segala tantangan, Grab mencatatkan perbaikan kinerja secara operasional. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh sejumlah analis yang masih menganggap harga saham ini masih kemurahan.
Saat ini harga saham Grab yang melantai di bursa Wall Street diperdagangkan di harga US$ 3,05/saham atau tertekan nyaris 70% dari harga penawaran SPAC sebelum merger.
Data Refinitiv mengungkapkan 12 analis memberikan rekomendasi beli, 4 hold dan 2 lainnya menyarankan jual. Target harga rata-rata dari keseluruhan rekomendasi analis tersebut adalah US$ 4,38 atau 44% lebih tinggi dari harga saat ini.
TIM RISET CNCB INDONESIA
(fsd/vap)