Awas! Isu Kenaikan Pertalite Bisa Bawa IHSG ke Bawah 7.000
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal melanjutkan tren positifnya. Sepanjang pekan lalu IHSG tercatat melemah 0,52% ke Rp 7.135,248, sekaligus mengakhiri penguatan 5 pekan beruntun.
Di pekan ini, risiko IHSG merosot cukup besar, bahkan bisa saja ke bawah level psikologis 7.000. Penyebabnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) yang babak belur, serta kemungkinan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi Pertalite dan Solar.
Bursa saham AS (Wall Street) jeblok pada perdagangan Jumat (26/8/2022) waktu setempat, indeks Dow Jones ambrol lebih dari 1.000 poin, S&P 500 dan Nasdaq juga merosot lebih dari 3%. Penyebabnya, ketua bank sentral AS, Jerome Powell, yang menegaskan akan tetap agresif dalam mengerek suku bunga.
Selain itu, suku bunga tinggi akan ditahan dalam periode yang cukup lama, dan Powell juga menyatakan perekonomian AS akan mengalami "beberapa rasa sakit".
"Saat suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi melambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah maka akan membawa inflasi turun, itu juga akan memberikan beberapa kesakitan bagi rumah tangga dan dunia usaha. Itu adalah biaya yang harus kita tanggung guna menurunkan inflasi. Memang menyakitkan, tetapi kegagalan menurunkan inflasi berarti penderitaan yang lebih besar akan terjadi," kata Powell.
Pernyataan Powell tersebut diintepretasikan sebagai resesi yang kemungkinan dialami Amerika Serikat. Alhasil, Wall Street jeblok dan bisa menyeret IHSG pada perdagangan Senin (29/8/2022).
Selain itu dari dalam negeri, isu kenaikan harga Pertalite dan Solar masih menjadi perhatian utama.
Informasi yang diterima oleh CNBC Indonesia, kenaikan harga BBM Pertalite dan Solar Subsidi ini akan diumumkan pada 31 Agustus ini, dan harga baru kedua BBM tersebut akan berlaku pada 1 September 2022 ini.
"Pada hari Senin (29/8/2022) akan ada rapat lanjutan mengenai tindak lanjut rapat-rapat sebelumnya," ungkap sumber tersebut kepada CNBC Indonesia, Sabtu (27/8/2022).
Sementara itu, dari sumber tersebut juga, kemungkinan kenaikan harga BBM Pertalite di SPBU Pertamina masih akan berada di bawah Rp 10.000 per liter dengan range kenaikan Rp 1.000 sampai Rp 2.500 dari harga yang saat ini Rp 7.650 per liter.
"Kemungkinan di bawah Rp 10.000/liter," kata sumber tersebut.
Kenaikan harga BBM subsidi bisa mengerek inflasi yang pada akhirnya berdampak buruk bagi perekonomian.
Bahana Sekuritas dalam catatannya kepada investor mengungkapkan bahwa banyak investor saham dan obligasi yang memperkirakan koreksi pasar dari kenaikan harga BBM akan bersifat sementara.
"Walaupun kebijakan tersebut dapat meningkatkan inflasi, menaikkan suku bunga, dan merugikan konsumsi rumah tangga dalam jangka pendek, kebijakan tersebut akan menghilangkan kebijakan menggantung yang membuat orang asing enggan membeli aset dalam rupiah," papar Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro dan tim dalam tulisannya, Jumat (26/8/2022).
Jika BBM benar dinaikkan, maka investor asing diperkirakan akan happy.
Sejauh ini, investor asing memandang bahwa rendahnya inflasi di Indonesia sebagai hal yang artificial karena pemerintah mengelontorkan subsidi jumbo untuk mengamankan harga energi.
Pandangan ini melekat karena Indonesia telah menjadi negara pengimpor minyak bersih yang secara konsisten mencatat defisit fiskal dan menghabiskan lebih dari 15% pendapatan negaranya hanya untuk mensubsidi bahan bakar.
Artinya, dalam jangka pendek IHSG berisiko terkoreksi jika Pertalite dan Solar dinaikkan, tetapi ke depannya tidak menutup kemungkinan bisa menguat.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal
(pap/pap)