
Sempat Galau Maksimal, IHSG Sesi I Nyerah Melemah 0,1%!

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (26/8/2022) jelang pidato Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada Jumat malam waktu Indonesia.
IHSG dibuka menguat di posisi 7.176,71 dan ditutup melemah dengan koreksi 0,1% atau 7,21 poin ke 7.167 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 7,83 triliun dengan melibatkan lebih dari 20 miliar saham.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), perdagangan sesi I hari ini cukup volatil. Sejak perdagangan dibuka IHSG sempat berada di zona hijau, sesaat kemudian indeks bergerak ke zona merah. Pukul 10:00 WIB IHSG terpantau galau menentukan arah geraknya sebelum pada akhirnya di tarik ke zona hijau.
Alih-alih konsisten bertahan di zona hijau, pukul 11:00 WIB IHSG berbalik arah dan konsisten berada di zona merah hingga penutupan perdagangan sesi I.
Level tertinggi berada di 7.194,08 sekitar pukul 10:15 WIB dan level terendah berada di 7.153,22 sekitar pukul 09:30 WIB. Mayoritas saham siang ini melemah yakni sebanyak 272 unit, sedangkan 230 unit lainnya menguat, dan 181 sisanya stagnan.
Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya hari ini, yakni mencapai Rp 843,1 miliar. Sedangkan saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 427,5 miliar dan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) di posisi ketiga sebesar Rp 380,1 miliar.
Pergerakan IHSG siang ini enggan mengekor Wall Street yang semalam ditutup bergairah pasca terkoreksi selama tiga hari beruntun. Investor tengah fokus untuk mengamati pernyataan Powell yang diprediksikan akan memberikan sinyal mengenai bagaimana The Fed meredam inflasi.
Simposium Jackson Hole tahun ini sejatinya telah dimulai pada semalam waktu Indonesia. Namun, Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell baru akan berpidato pada Jumat malam waktu Indonesia.
Investor akan fokus untuk mengamati pernyataan Powell yang diprediksikan akan memberikan sinyal mengenai bagaimana The Fed meredam inflasi.
"Pasar sedang mencoba untuk memutuskan apakah kita berada di siklus tengah atau siklus akhir dan mengirimkan beberapa sinyal yang berbeda," tutur Kepala Investasi SoFi Liz Young, dikutip CNBC International.
"Kami sedang menunggu untuk mendapatkan berita tentang apa yang terjadi besok dalam pidato Jerome Powell," tambahnya.
Seandainya Powell menyatakan inflasi belum mencapai puncaknya, maka akan berdampak buruk ke pasar finansial. The Fed kemungkinan masih akan sangat agresif menaikkan suku bunga di bulan depan.
Saat ini, prediksi pasar cenderung terbelah, di mana ada yang memperkirakan The Fed akan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) pada pertemuan September mendatang, ada juga yang memperkirakan kenaikan 75 bp.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 39,5%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 60,5%.
Selain memantau pidato dari Powell, investor juga menanti rilis data inflasi dari indeks Personal Consumption Expenditure (PCE). Indeks PCE AS periode Juli 2022 diprediksi akan sedikit mengalami penurunan yakni menjadi 6,2% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Juni lalu sebesar 6,8% (yoy).
Sedangkan secara bulanan (month-on-month/mom), inflasi PCE AS pada bulan lalu juga diprediksi melandai menjadi 0,3%, dari sebelumnya sebesar 0,6%. Data PCE ini sering digunakan The Fed sebagai acuan untuk mengukur inflasi dan dapat mempengaruhi tindakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?