Joss! Rupiah Tembus ke Bawah Rp 14.800/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 August 2022 09:14
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (26/8/2022), bahkan menembus ke bawah Rp 14.800/US$. Dolar AS masih belum bertenaga, sebab pasar masih menanti pidato dari ketua The Fed (bank sentral AS) Jerome Powell dalam simposium Jackson Hole, Jumat (26/7/2022).

Melansir data Refinitiv, rupiah langsung menguat 0,2% ke Rp 14.790/US$ di pasar spot

Powell diperkirakan tidak akan banyak merubah sikapnya. Ia diperkirakan akan kembali menegaskan akan terus menaikkan suku bunga selama diperlukan guna menurunkan inflasi. Sesuatu yang sudah diantisipasi pelaku pasar jauh-jauh hari.

Jika tak ada kejutan atau semua pernyataan Powell masih sesuai ekspektasi, dolar AS tidak akan menguat tajam.

Berbeda ceritanya jika ada kejutan. Pasar melihat ketika The Fed selesai menaikkan suku bunga dan inflasi mulai menurun, maka di tahun depan pemangkasan akan mulai dilakukan. Tetapi jika Powell menegaskan suku bunga akan ditahan cukup lama setelah periode kenaikan selesai, maka dolar AS berpeluang perkasa lagi.

Meski demikian, Powell baru akan berbicara malam nanti, sehingga pasar masih akan wait and see yang membuat dolar AS kurang bertenaga.

Di sisi lain, rupiah masih mendapat tenaga dari kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%.

BI juga diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga di sisa tahun ini. Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam catatannya, Selasa (23/8/2022), mengatakan BI masih berpeluang menaikkan suku bunga sebanyak 50 basis poin lagi.

"Secara keseluruhan, kami melihat BI masih memiliki ruang untuk menaikkan BI-7DRRR hingga 50 bps (maksimal 4,25%) di sisa tahun 2022," paparnya.

Hal senada diungkapkan ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto memandang siklus pengetatan kebijakan moneter akan berlanjut dengan kenaikan suku bunga BI lanjutan.

Dia memperkirakan suku bunga BI bisa kembali naik 25 bps menjadi 4,0%, berdasarkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.

"Kami percaya dua kenaikan suku bunga kebijakan tahun ini akan cukup untuk mengelola inflasi sambil mempertahankan pemulihan ekonomi pada saat yang sama," ujarnya.

Sementara itu, kepala ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro melihat BI akan lebih agresif.

"Perubahan cepat ini, dalam pandangan kami, berarti BI mungkin mengetahui sesuatu yang tidak diketahui pasar, khususnya terkait dengan kebijakan pemerintah yang mendorong inflasi, dengan pembuat kebijakan moneter-fiskal di sini terkenal dengan koordinasi mereka yang ketat," kata Satria.

Dia memandang sinyal penyesuaian harga bahan bakar Pertalite ini mungkin sangat curam, sesuatu yang mungkin tidak sepenuhnya diperhitungkan oleh BI dan pasar.

Untuk menopang ekspektasi inflasi secara efektif, Satria menilai pengetatan moneter apapun harus dipercepat.

"Kami sekarang mengharapkan kenaikan suku bunga 75 bps lebih lanjut, yakni kenaikan 50-bps pada pertemuan moneter berikutnya setelah penyesuaian harga bahan bakar (kemungkinan bulan depan) diikuti oleh 25 bps lagi pada Oktober atau November, sehingga membuat BI rate akhir tahun menjadi 4,50%," katanya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular