Ini "Kisi-Kisi" Pidato Powell, Rupiah Bakal Melesat Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 August 2022 08:10
Pekerja memperlihatkan uang dolar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022).  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat 0,17% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.820/US$ kemarin. Penguatan rupiah masih ditopang oleh kejutan kenaikan suku bunga dari Bank Indonesia (BI). Selain itu, dolar AS juga belum bertenaga, sebab pasar masih menanti pidato dari ketua The Fed (bank sentral AS) Jerome Powell dalam simposium Jackson Hole, Jumat (26/7/2022).

Rupiah pun berpeluang menguat.

Powell diperkirakan tidak akan banyak merubah sikapnya. Ia diperkirakan akan kembali menegaskan akan terus menaikkan suku bunga selama diperlukan guna menurunkan inflasi. Sesuatu yang sudah diantisipasi pelaku pasar jauh-jauh hari.

Jika tak ada kejutan atau semua pernyataan Powell masih sesuai ekspektasi, dolar AS tidak akan menguat tajam.

Berbeda ceritanya jika ada kejutan. Pasar melihat ketika The Fed selesai menaikkan suku bunga dan inflasi mulai menurun, maka di tahun depan pemangkasan akan mulai dilakukan. Tetapi jika Powell menegaskan suku bunga akan ditahan cukup lama setelah periode kenaikan selesai, maka dolar AS berpeluang perkasa lagi.

Meski demikian, Powell baru akan berbicara malam nanti, sehingga pasar masih akan wait and see. Rupiah berpeluang menguat lagi.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR mulai berbalik arah setelah menyentuh resisten kuat Rp 14.885/US$ hingga Rp 14.890/US$ yang merupakan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50), mampu menahan pelemahan rupiah dan berbalik menguat tajam Selasa (23/8/2022).

Rupiah sebelumnya sempat melemah 5 hari beruntun yang membuatnya kembali ke atas Rp 14.730/US$, yang merupakan FibonacciRetracement61,8%. Pelemahan rupiah yang disimbolkan USD/IDR pun berlanjut Senin (22/8/2022) kemarin.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kini berada di dekat wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic bergerak naik tetapi belum mencapai wilayah jenuh beli, sehingga tekanan bagi rupiah cukup besar.

Resisten terdekat kini berada di Rp 14.850/US$, jika ditembus rupiah berisiko menuju MA 50 lagi.

Sementara support terdekat berada di kisaran Rp 14.800/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membawa rupiah ke Rp 14.770/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular