Awas! Ini Bahaya Yang Mengintai Saat Suku Bunga Acuan Tinggi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 August 2022 09:20
Australia's Reserve Bank of Australia (RBA) Governor Philip Lowe. REUTERS/Jason Reed
Foto: Australia's Reserve Bank of Australia (RBA) Governor Philip Lowe. REUTERS/Jason Reed

Kenaikan suku bunga acuan tentunya memicu kenaikan suku bunga kredit, hal ini tentunya membebani masyarakat.

Suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) berisiko naik. Contoh nyata saat ini terjadi di Australia.

Di awal bulan ini, Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) kembali menaikkan suku bunga acuanya pada. Dengan demikian, RBA di bawah pimpinan Gubernur Philip Lowe sudah menaikkan suku bunga dalam 4 bulan beruntun.

RBA menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 1,85%, menjadi yang tertinggi dalam 6 tahun terakhir.

Menteri Keuangan Australia, Jim Chalmers, bahkan mengatakan kenaikan tersebut membuat hidup warga Australia jadi susah.

Dilaporkan, warga Australia yang memiliki nilai KPR AU$ 620.000, maka cicilannya akan naik sebesar AU$ 560. Cicilan tersebut tentunya akan semakin tinggi jika suku bunga terus naik.

"Kenaikan suku bunga tidak mengejutkan siapa pun, tetapi kami tetap melihat rumah tangga harus mengambil keputusan yang sulit untuk bisa menyeimbangkan anggaran rumah tangga. Apalagi saat ini sudah ada tekanan dari tingginya harga bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya," kata Chalmers.

Selain itu, ketika perekonomian melambat bahkan mengalami resesi, maka pemutusan kerja masal (PHK) bisa terjadi.

Di Australia, PHK massal bahkan sudah terjadi meski perekonomiannya masih kuat.

Pada Jumat (19/8/2022) lalu, Biro Statistik Australia melaporkan sepanjang bulan Juli terjadi PHK atau pun berhenti bekerja sebanyak 40.900 orang. Ini merupakan kali pertama terjadi sejak Oktober 2021.

"Ini pertama kalinya jumlah orang yang bekerja mengalami penurunan sejak Oktober 2021, setelah terjadi pelonggaran lockdown akibat Covid-19 varian Delta pada akhir 2021 lalu," kata Bjorn Jarvis, kepala Biro Statistik Australia, sebagaimana dilansir ABC News.

PHK paling parah terjadi pada April 2020 lalu, di saat awal pandemi Covid-19. Saat itu, lebih dari 600 ribu orang dirumahkan. Bulan berikutnya, nyaris 280 ribu orang juga dirumahkan.

Ekonom senior di AMP Capital, Diana Mousiana, mengatakan rilis data tersebut menjadi indikasi awal jika pasar pasar tenaga kerja sudah mencapai puncaknya.

"Saya rasa kita berada di titik balik perekonomian, di mana data menunjukkan sentimen konsumen, tingkat keyakinan bisnis, leading indikator, sudah mulai melambat," kata Mousiana.

"Beberapa leading indikator pertumbuhan tenaga kerja juga melambat, seperti niat untuk merekrut karyawan, hingga pembukaan lapangan kerja," tambahnya.

Mousiana menilai, rilis data tenaga kerja seharusnya membuat RBA untuk memberikan jeda kenaikan suku bunga pada bulan depan.

"Saya pikir ada manfaatnya untuk bagi RBA untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga dan melihat dampaknya ke konsumen serta perekonomian yang lebih luas," ujar Mousiana.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular