Sukses Menguat, Rupiah Nyaris Tembus Rp 14.800/US$
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (25/8/2022), bahkan sempat nyaris ke menembus Rp 14.800/US$.
Bank Indonesia (BI) yang memberikan kejutan dengan mengerek suku bunganya pada Selasa lalu masih memberikan sentimen positif ke pasar, selain itu perhatian kini berfokus pada simposium Jackson Hole yang dimulai hari ini.
Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,17% dan sempat bertambah hingga 0,24% ke Rp 14.810/US$. Penguatan rupiah kemudian terpangkas hingga tersisa 0,07% saja, sebelum berakhir di Rp 14.820/US$, sama dengan level pembukaan perdagangan.
Seperti diketahui, Selasa lalu BI menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 3,75%, banyak yang memprediksi Gubernur Perry Warjiyo dan kolega tidak akan agresif.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam catatannya, Selasa (23/8/2022), mengatakan BI masih berpeluang menaikkan suku bunga sebanyak 50 basis poin lagi.
"Secara keseluruhan, kami melihat BI masih memiliki ruang untuk menaikkan BI-7DRRR hingga 50 bps (maksimal 4,25%) di sisa tahun 2022," paparnya.
Hal senada diungkapkan kkonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto memandang siklus pengetatan kebijakan moneter akan berlanjut dengan kenaikan suku bunga BI lanjutan.
Dia memperkirakan suku bunga BI bisa kembali naik 25 bps menjadi 4,0%, berdasarkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.
"Kami percaya dua kenaikan suku bunga kebijakan tahun ini akan cukup untuk mengelola inflasi sambil mempertahankan pemulihan ekonomi pada saat yang sama," ujarnya.
Sementara itu, kepala ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro melihat BI akan lebih agresif.
"Perubahan cepat ini, dalam pandangan kami, berarti BI mungkin mengetahui sesuatu yang tidak diketahui pasar, khususnya terkait dengan kebijakan pemerintah yang mendorong inflasi, dengan pembuat kebijakan moneter-fiskal di sini terkenal dengan koordinasi mereka yang ketat," kata Satria.
Dia memandang sinyal penyesuaian harga bahan bakar Pertalite ini mungkin sangat curam, sesuatu yang mungkin tidak sepenuhnya diperhitungkan oleh BI dan pasar.
Untuk menopang ekspektasi inflasi secara efektif, Satria menilai pengetatan moneter apapun harus dipercepat.
"Kami sekarang mengharapkan kenaikan suku bunga 75 bps lebih lanjut, yakni kenaikan 50-bps pada pertemuan moneter berikutnya setelah penyesuaian harga bahan bakar (kemungkinan bulan depan) diikuti oleh 25 bps lagi pada Oktober atau November, sehingga membuat BI rate akhir tahun menjadi 4,50%," katanya.
Sementara itu, simposium Jackson Hole yang merupakan acara tahunan dan dihadiri oleh pimpinan bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi pasar finansial dari berbagai negara akan dimulai hari ini.
Simposium Jackson Hole ke 45 tahun ini mengusung tema "Reassessing Constraints on the Economy and Policy".
Dalam simposium tersebut, para peserta yang hadir akan membahas isu-isu perekonomian dunia saat ini.
Pasar menanti pernyataan ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell pada simposium Jackson Hole pekan ini, terutama terkait dengan inflasi.
Seandainya Powell menyatakan inflasi belum mencapai puncaknya, maka akan berdampak buruk ke pasar finansial. The Fed kemungkinan masih akan sangat agresif menaikkan suku bunga di bulan depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)