Giliran Rupiah Melaju, Masuk Jajaran Kurs Asia Terkuat!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil mempertahankan penguatannya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Kamis (25/8/2022). Penguatan ini seiring dengan penguatan mayoritas mata uang di Asia karena indeks dolar AS sedang terkoreksi di pasar spot.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah menguat pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,17% ke 14.820/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi 0,11% ke Rp 14.828/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya, menguat 13,5% di sepanjang tahun ini dan berada di jalur kenaikan secara tahunan terbesar sejak 1984.
Analis menilai bahwa kekuatan dolar AS akan membantu mendinginkan tekanan kenaikan inflasi dan mengurangi biaya impor, serta memperketat kondisi keuangan. Hal tersebut merupakan tujuan yang diinginkan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Menurut analis di Jefferies, Brad Bechtel mengatakan bahwa keperkasaan dolar AS secara luas setara dengan sekitar 75 basis poin (bps) dari pengetatan suku bunga kebijakan. Sementara ekonom Societe Generale memprediksikan apresiasi dolar menyebabkan inflasi AS turun 0,5 poin persentase.
Terlebih lagi, pasar bertaruh bahwa ekonomi AS masih berada dalam kondisi lebih baik daripada rekan-rekannya di Inggris dan zona Eropa yang tertekan karena krisis energi dan berpotensi lebih buruk ketika musim dingin nanti. Sehingga, permintaan akan mata uang safe haven dan obligasi pemerintah AS akan meningkat di masa depan.
Namun, pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS terkoreksi 0,23% ke posisi 108,42, tapi masih berada di sekitar rekor tertingginya selama dua dekade di 109,29 pada pertengahan Juli 2022.
Investor global masih menantikan pertemuan ekonomi tahunan di Jackson Hole, Wyoming. Ketua Fed Jerome Powell dijadwalkan akan memberikan komentar terbarunya mengenai inflasi pada Jumat (26/8).
Mengacu pada alat ukur FedWatch, pasar telah mengurangi ekspektasi bahwa Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga, setelah pejabat Fed berkomentar hawkish dalam beberapa pekan ini. FedWatch menunjukkan sebanyak 60,5% analis memprediksikan kenaikan suku bunga sebesar 75 bps di pertemuan September 2022. Sementara 39,5% mengharapkan kenaikan sebesar 50 bps.
Terkoreksinya dolar AS hari ini, membuat mayoritas mata uang di Asia menguat. Hanya rupee India yang terkoreksi di hadapan si greenback.
Sementara baht Thailand berhasil menjadi mata uang berkinerja terbaik hari ini, di mana terapresiasi sebanyak 0,53% terhadap dolar AS. Kemudian disusul oleh yen Jepang yang menguat 0,21% di hadapan dolar AS. Mata Uang Garuda menempati posisi kelima.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)