
Hattrick! Harga Minyak Betah di Atas US$ 100/Barel

Jakarta, CNBC Indinesia - Harga minyak dunia kemarin naik di tengah kekhawatiran bahwa Amerika Serikat tidak akan mempertimbangkan konsesi tambahan ke Iran dalam menghadapi rancangan perjanjian yang akan memulihkan kesepakatan nuklir Teheran.
Iran mengatakan telah menerima tanggapan dari AS terhadap teks "final" Uni Eropa (UE) untuk menghidupkan kembali kesepaktan nuklir Teeheran 2015 dengan negara-negara besar.
Pada Kamis (25/8/2022) pukul 08.32 WIB harga minyak mentah dunia jenis brent tercatat US$101,99 per barel, naik 0,76% dibandingkan posisi kemarin. Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediete (WTI) US$95,59 per barel.
Seorang pejabat AS mengatakan bahwa Iran telah membatalkan beberapa tuntutan utamanya dalam negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan untuk mengendalikan program nuklir Teheran.
Harga minyak ditopang oleh OPEC+ yang kemungkinan akan mempertimbangkan untuk memangkas produksi di tengah sinyal perlambatan ekonomi.
Pemotongan produksi oleh kelompok produsen OPEC+ kemungkinan akan bertepatan dengan kembalinya minyak Iran ke pasar jika terjadi kesepakatan nuklir antara Iran dengan kekuatan dunia.
OPEC+ sudah memproduksi 2,9 juta barel per hari (bph), kurang dari targetnya. Ini memperumit keputusan pemotongan atau bagaimana menghitung dasar untuk pengurangan produksi. kata sumber dikutip Reuters.
"Prospek harga minyak dan pasokan menunjukkan bahwa pemotongan OPEC+ saat ini tidak dijamin," kata analis PVM Stephen Brennock.
"Pasokan minyak global bisa terpukul saat puncak musim badai AS mendekat. Di tempat lain, pemadaman pasokan di masa depan di Libya tidak dapat diabaikan sementara kekayaan minyak Nigeria menunjukkan sedikit tanda membaik."
Data permintaan bensin menunjukkan rata-rata empat minggu produk bensin harian turun 7% dibanding periode tahun sebelumnya.
"Permintaan bensin yang anjlok menyeret pasar turun," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston, Texas.
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasokan Terganggu, Harga Minyak WTI Anjlok 2%
