Melesat! Rupiah Nyaris Tembus Rp 14.800/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 August 2022 09:05
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Kamis (25/8/2022), nyaris menembus Rp 14.800/US$. Bank Indonesia (BI) yang memberikan kejutan dengan mengerek suku bunganya pada Selasa lalu masih memberikan dampak positif. Pelaku pasar kini berfokus pada simposium Jackson Hole yang dimulai hari ini.

Melansir data Refinitiv, rupiah melesat 0,17% ke Rp 14.820/US$ begitu perdagangan dibuka. Penguatan rupiah kemudian bertambah menjadi 0,24% di Rp 14.810/US$, pada pukul 9:03 WIB.

Simposium Jackson Hole merupakan acara tahunan yang dihadiri oleh pimpinan bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi pasar finansial dari berbagai negara.

Simposium Jackson Hole ke 45 tahun ini mengusung tema "Reassessing Constraints on the Economy and Policy".

Dalam simposium tersebut, para peserta yang hadir akan membahas isu-isu perekonomian dunia saat ini.

Pasar menanti pernyataan ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell pada simposium Jackson Hole pekan ini, terutama terkait dengan inflasi.

Seandainya Powell menyatakan inflasi belum mencapai puncaknya, maka akan berdampak buruk ke pasar finansial. The Fed kemungkinan masih akan sangat agresif menaikkan suku bunga di bulan depan.

Sementara itu setelah BI menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 3,75%, banyak yang memprediksi Guberur Perry Warjiyo dan kolega akan kembali menaikkan di sisa tahun ini. 

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam catatannya, Selasa (23/8/2022), mengatakan BI masih berpeluang menaikkan suku bunga sebanyak 50 basis poin lagi.

"Secara keseluruhan, kami melihat BI masih memiliki ruang untuk menaikkan BI-7DRRR hingga 50 bps (maksimal 4,25%) di sisa tahun 2022," paparnya.

Hal senada diungkapkan ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto memandang siklus pengetatan kebijakan moneter akan berlanjut dengan kenaikan suku bunga BI lanjutan.

Dia memperkirakan suku bunga BI bisa kembali naik 25 bps menjadi 4,0%, berdasarkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi.

"Kami percaya dua kenaikan suku bunga kebijakan tahun ini akan cukup untuk mengelola inflasi sambil mempertahankan pemulihan ekonomi pada saat yang sama," ujarnya.

Sementara itu, kepala ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro melihat BI akan lebih agresif.

"Perubahan cepat ini, dalam pandangan kami, berarti BI mungkin mengetahui sesuatu yang tidak diketahui pasar, khususnya terkait dengan kebijakan pemerintah yang mendorong inflasi, dengan pembuat kebijakan moneter-fiskal di sini terkenal dengan koordinasi mereka yang ketat," kata Satria.

Dia memandang sinyal penyesuaian harga bahan bakar Pertalite ini mungkin sangat curam, sesuatu yang mungkin tidak sepenuhnya diperhitungkan oleh BI dan pasar.

Untuk menopang ekspektasi inflasi secara efektif, Satria menilai pengetatan moneter apapun harus dipercepat.

"Kami sekarang mengharapkan kenaikan suku bunga 75 bps lebih lanjut, yakni kenaikan 50-bps pada pertemuan moneter berikutnya setelah penyesuaian harga bahan bakar (kemungkinan bulan depan) diikuti oleh 25 bps lagi pada Oktober atau November, sehingga membuat BI rate akhir tahun menjadi 4,50%," katanya.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular