AS & Sekutu Salah Perhitungan! Rusia Cuan Jumbo Dari Perang

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
24 August 2022 07:35
Pemerintah Rusia pimpinan Presiden Vladimir Putin (SPUTNIK/AFP via Getty Images/MIKHAIL METZEL)
Foto: Pemerintah Rusia pimpinan Presiden Vladimir Putin (SPUTNIK/AFP via Getty Images/MIKHAIL METZEL)

Saat awal perang, institusi keuangan Rusia dikeluarkan dari jejaring informasi perbankan internasional yang dikenal sebagai SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication), yakni semacam platform jejaring sosial bagi bank.

Selain akan memutus SWIFT dari Rusia, Amerika Serikat dan Sekutu juga membekukan cadangan devisa bank sentral Rusia yang ditempatkan di luar negeri.

Cadangan devisa Rusia saat ini sebesar US$ 643 miliar, yang sebagian besar ditempatkan di bank sentral AS, Eropa dan China dengan estimasi sekitar US$ 492 miliar, melansir Forbes.

Pembekuan aset tersebut membuat bank sentral Rusia tidak bisa menggunakan cadangan devisanya, guna menstabilkan nilai tukar rubel.Alhasil, nilai tukar rubel jeblok hingga menyentuh RUB 150/US$ pada 7 Maret lalu, yang merupakan rekor terlemah sepanjang sejarah. Dibandingkan posisi akhir 2021 hingga ke rekor tersebut, rubel jeblok lebih dari 101%.

Inflasi pun meroket mendekati 18% (yoy) pada April lalu.

Bank sentral Rusia (Central Bank of Russia/CBR) bergerak cepat melihat jebloknya rubel dengan mengerek suku bunga menjadi 20% dari sebelumnya 9,5%. Selain itu, pemerintah Rusia juga menerapkan kebijakan capital control yang pada akhirnya membuat rubel terus menguat.

Bahkan, hingga saat ini rubel menjadi mata uang terbaik di dunia, berada di bawah RUB 60/US$, dengan penguatanĀ sekitar 20% sepanjang tahun ini. Rubel juga berada di level terkuat dalam 7 tahun terakhir.

Dengan rubel yang perkasa, inflasi berhasil dikendalikan dan menurun dalam 3 bulan beruntun. Alhasil, CBR kini malah membabat suku bunganya hingga menjadi 8% lebih rendah dari level sebelum perang.

Suku bunga yang rendah diharapkan mampu lebih memacu perekonomian yang kemerosotannya ternyata tidak separah prediksi banyak analis.

Pada kuartal II-2022, produk domestik bruto (PDB) Rusia berkontraksi sebesar 4% (yoy), lebih baik dari prediksi ekonom sebesar 5%.

Hasil survei terbaru dari Reuters juga menunjukkan sepanjang 2022 PDB Rusia diperkirakan akan berkontraksi 5%, jauh lebih baik dari prediksi bulan Juni 7,1%. Pada April lalu, Kementerian Keuangan Rusia bahkan memprediksi PBD 2022 akan berkontraksi 12%, terbesar sejak pertengahan 1990.

Namun nyatanya, perekonomian Rusia tidak merosot tajam. Lagi-lagi Amerika Serikat dan sekutu salah perhitungan.

Meski demikian, banyak ekonom melihat perekonomian Rusia akan mendapat masalah yang parah dalam jangka panjang.


HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kini Eropa Malah Yang Ketar-Ketir

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular