
Rusia Berulah Lagi, Jerman Terancam Lumpuh!

Jakarta, CNBC Indonesia - Risiko besar kembali menghantui Jerman. Pasalnya pipa Nord Stream 1 yang membentang dari Rusia ke Jeman melalui Laut Baltik sedang dalam pemeliharaan. Kondisi ini menambah gangguan suplai gas yang sebelumnya memang sudah keruh akibat perselisihan gas antara Rusia dan Uni Eropa.
Diketahui, Rusia menyumbang 55% dari impor gas Jerman pada 2021. Meskipun angka itu turun menjadi 40% pada kuartal I-2022, Menteri Ekonomi Robert Habeck mengatakan Jerman tidak akan bisa secara penuh melepas ketergantungannya dari pasokan gas Rusia sebelum pertengahan 2024.
Sampai saat ini, Jerman membeli lebih dari setengah gasnya dari Rusia. Saat ini pemerintah dengan ekonomi terbesar di Eropa tengah berjuang untuk menopang pasokan gas musim dingin di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa Moskow akan segera mematikan keran sepenuhnya.
Pelanggan gas Rusia terbesar asal Jerman adalah perusahaan energi Uniper, produsen manufaktur elektrik RWE, dan perusahaan energi EnBW, perusahaan infrastruktur gas VNG, yang semuanya memiliki kontrak pasokan gas jangka panjang.
Oleb sebab itu, pekerjaan pemeliharaan pipa Nord Stream 1 ini cukup membuat Jerman ketar-ketir karena selama masa perbaikan aliran gas dari pipa Nord Stream 1 yang dikelola Gazprom akan dihentikan selama 3 hari dari 31 Agustus hingga 2 September.
Melansir dari CNBC International, harga gas alam Eropa melonjak pada Senin (22/8/2022) setelah raksasa energi milik negara Rusia Gazprom mengatakan akan menutup satu-satunya infrastruktur gas terbesar di Eropa itu selama tiga hari dari akhir bulan.
Harga gas bulan depan di pusat TTF Belanda, patokan Eropa untuk perdagangan gas alam, melonjak 19% pada Senin mencapai 291,5 euro atau setara dengan US$ 291,9 per megawatt jam. Sementara, pada Jumat (19/8/2022) harga gas tercatat pada rekor tertinggi 244,55 euro per megawatt jam, mencatat kenaikan mingguan kelima berturut-turut.
Lonjakan harga yang terjadi tentunya mendorong tagihan rumah tangga, mendorong inflasi ke level tertinggi dalam beberapa dekade dan menekan daya beli masyarakat.
Inflasi Jerman pada Juli 2022 tercatat sebesar 7,5% secara year-on-year/yoy. angka ini tercatat turun dari bulan sebelumnya. Tetapi Jerman masih akan berada dalam tren inflasi yang tinggi jika pasokan gas terus dimainkan sehingga harga energi terancam kembali melonjak.
Pengumuman penutupan sementara datang ketika pemerintah Eropa berebut untuk mengisi fasilitas penyimpanan bawah tanah dengan pasokan gas alam dalam upaya untuk memiliki bahan bakar yang cukup untuk menjaga rumah tetap hangat selama beberapa bulan mendatang.
Rusia telah secara drastis mengurangi pasokan gas alam ke Eropa dalam beberapa pekan terakhir, dengan aliran melalui pipa Nord Stream 1 yang saat ini beroperasi hanya 20% dari volume yang disepakati.
Moskow sendiri terus menyalahkan peralatan yang rusak dan tertunda atas penurunan tajam pasokan gas. Namun sejumlah negara seperti Jerman, sudah dengan lantang menyebut, hal ini sebagai manuver politik.
Holger Schmieding kepala ekonom di Berenberg Bank mengatakan pengumuman Gazprom adalah upaya nyata untuk mengeksploitasi ketergantungan Eropa pada gas Rusia.
"Dengan sendirinya, penutupan singkat pipa tidak akan membuat perbedaan besar, terutama karena Rusia telah mengurangi ekspor gasnya melalui NS1 menjadi 20% dari kapasitas sejak 27 Juli," kata Schmieding dalam sebuah catatan penelitian dikutip dari CNBC International.
Pekerjaan pemeliharaan yang tidak terjadwal ini nyatanya semakin memperdalam perselisihan gas antara Rusia dan Uni Eropa dan memperburuk risiko resesi dan kekurangan musim dingin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sudah Terbang 16%, Harga Batu Bara Mau ke Mana?