Alert IHSG! Wall Street Ambruk, Bursa Asia Dibuka Kebakaran

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Selasa, 23/08/2022 08:56 WIB
Foto: Bursa China (Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik kembali dibuka terkoreksi pada perdagangan Selasa (23/8/2022), menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) yang terpantau berjatuhan di tengah meningkatnya kekhawatiran kenaikan suku bunga.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,8%, Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China turun tipis 0,06%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,39%, ASX 200 Australia terpangkas 0,46%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,56%.

Dari Jepang, data flash reading atau data awal dari aktivitas manufaktur melambat ke level terendah 19 bulan, karena pesanan baru terus menurun.


Data flash reading aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi Jibun Bank pada periode Agustus 2022 dilaporkan turun menjadi 51, dari sebelumnya pada Juli lalu di angka 52,1.

Tak hanya Jepang saja yang merilis data flash reading PMI manufaktur periode bulan ini, di Australia juga dirilis pada hari ini.

Data flash reading PMI manufaktur Australia versi Global S&P pada periode bulan ini terpantau turun menjadi 54,5, dari sebelumnya di angka 55,7 pada bulan lalu.

Meski mengalami penurunan, tetapi PMI manufaktur Jepang dan Australia masih berada di zona ekspansi.

PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah jatuhnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Senin kemarin, di tengah meningkatnya kembali kekhawatiran investor akan kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,91% ke posisi 33.063,61, S&P 500 ambruk 2,14% ke 4.137,99, dan Nasdaq Composite anjlok 2,55% menjadi 12.381,57.

Investor hingga saat ini masih mengantisipasi komentar terbaru Ketua The Fed, Jerome Powell tentang kondisi inflasi dan potensi kenaikan suku bunga dalam simposium ekonomi tahunan bank sentral AS yang akan di helat di Jackson Hole, Wyoming mulai dari Kamis hingga Jumat pekan ini.

"Ketika Anda melihat pasar saat ini turun seperti ini, hal ini merupakan pasar yang mengatakan The Fed harus lebih agresif untuk memperlambat ekonomi lebih lanjut, jika mereka ingin menurunkan inflasi kembali," kata Robert Cantwell, manajer portofolio di Upholdings, dikutip dari CNBC International.

Saham teknologi di AS terkoreksi karena terbebani oleh potensi kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi oleh The Fed, seperti saham Amazon yang tergelincir 3,6% sedangkan saham Nvidia ambrol 4,6%.

Kekhawatiran investor kembali muncul setelah komentar dari Presiden The Fed St. Louis, James Bullard mengatakan bahwa dia ingin melihat kenaikan suku bunga 0,75 poin persentase atau 75 basis poin (bp) ketiga berturut-turut pada September mendatang.

Tak hanya Bullard saja, Presiden the Fed San Francisco, Mary Daly juga bersikap sama, di mana Daly juga mengharapkan kenaikan 75 bp sangat terbuka pada September.

Bullard berharap suku bunga acuan bisa dibawa ke kisaran 3,75-4,00% pada akhir tahun ini. The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 bp sepanjang tahun ini sehingga kini ada di kisaran 2,25-2,50%.

Saat ini, prediksi pasar cenderung terbelah, di mana ada yang memperkirakan The Fed akan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 bp pada pertemuan September mendatang, ada juga yang memperkirakan kenaikan 75 bp.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 58,5%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 41,5%.

The Fed telah menaikkan suku bunga acuan 225 bp sepanjang tahun ini. Namun, The Fed diperkirakan belum akan melunak. Dalam rapat bulan depan, Ketua Jerome 'Jay' Powell dan rekan hampir pasti akan kembali menaikkan Federal Funds Rate (FFR).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel