
Walau Tertekan, Harga Minyak Belum Bisa Move On dari Pandemi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah global melemah 1,5% dan tetap berada di bawah US$ 100/barel sepanjang pekan ini.
Harga kontrak minyak mentah Brent melemah 1,46% ke US$ 96,72/barel sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) drop 1,43% ke US$ 90,77/barel.
Harga minyak mentah cenderung bergerak downtrend sejak pekan kedua bulan Juni. Hal ini terjadi karena adanya ekspektasi perlambatan ekonomi global.
Tekanan inflasi yang tinggi disertai bank sentral yang agresif dalam mengerek suku bunga acuan membuat banyak pihak menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dan tahun depan.
Ekonomi yang melambat membuat prospek permintaan terhadap minyak mentah ikut melandai. Di sisi lain, penguatan dolar AS akibat kebijakan moneter AS yang agresif menaikkan suku bunga acuan juga menekan harga si emas hitam.
Belum lagi tekanan terhadap suplai dan produksi minyak mentah juga mereda membuat neraca minyak global membaik.
Namun, harga minyak masih belum turun jauh dari kisaran US$ 100/barel dan bisa dikatakan tetap di atas level pra-pandemi.
Tak bisa dipungkiri, krisis energi terutama yang dialami Eropa akibat perang antara Rusia dan Ukraina masih menjadi momok utama di pasar. Apalagi sanksi boikot minyak Rusia oleh Eropa bakal berlaku mulai 5 Desember nanti, sehingga tekanan dari sisi suplai berpotensi masih ada.
Dalam sebuah riset yang dipublikasikan oleh lembaga konsultansi FGE, dengan kebijakan boikot impor minyak asal Rusia tersebut Uni Eropa masih membutuhkan impor minyak pengganti dari negara lain sebanyak 1,2 juta barel per hari.
Itulah yang menyebabkan mengapa harga minyak mentah masih ogah-ogahan untuk anjlok terlalu dalam dan menjauhi level psikologis US$ 100/barel.
(dem)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Gembira! Biang Kerok Kenaikan Pertamax Akhirnya Ambrol