Harga Komoditas Turun, Sinyal Berakhirnya Commodity Boom?
Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa harga komoditas ekspor unggulan Tanah Air terpantau mengalami penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 5 komoditas ekspor Indonesia yang mengalami penurunan harga di bulan Juli.
Misal, harga minyak mentah yang secara bulanan melorot 10,03%. Pelemahan harga minyak mentah juga diikuti oleh harga gas alam yang turun 5,45%.
Kemudian ada juga harga nikel yang turun 16,28% secara bulanan. Sementara itu harga komoditas pangan seperti minyak sawit mentah (CPO) dan gandum masing-masing jatuh 29,61% dan 16,77%. Namun, harga batu bara tetap tangguh dan menguat 7,55% secara bulanan pada Juli lalu.
Kemudian, jika menilik pasar komoditas global di bulan Agustus ini, pelemahan harga minyak mentah berlanjut. Secara month to date (mtd) harga minyak mentah Brent turun 7,69%. Pelemahan harga minyak mentah juga diikuti dengan turunnya kinerja harga indeks sektoral IDXEnergy yang drop 3,92% mtd.
Konstituen indeks sektoral ini didominasi oleh emiten tambang batu bara. Namun meski harga batu bara termal acuan global naik 8,12% tetapi harga saham emitennya malah melorot.
Harga saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang memiliki bobot terbesar indeks sektoral energi kompak melemah masing-masing 9,94%; -5,97% dan 3,38%.
Sementara itu saham emiten tambang batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga ikut melemah 4,67% sepanjang bulan Agustus ini. Koreksi harga saham emiten batu bara tampaknya terjadi karena faktor teknikal, apalagi harga batu bara global masih menguat.
Salah satu katalis positif yang masih bisa dinikmati oleh produsen batu bara dalam negeri adalah kebijakan Eropa yang memboikot impor batu bara dari Negeri Beruang Merah.
Langkah tersebut bisa memicu peningkatan permintaan batu bara dari negara-negara lainnya, termasuk Indonesia hingga Australia yang merupakan produsen batu bara besar.
Larangan impor tersebut juga diperkirakan akan membuat harga batu bara tetap tinggi dalam waktu yang cukup lama. Fitch Solutions, memprediksi hingga tahun 2026.
Fitch memperkirakan harga batu bara thermal akan berada di US$ 320 per ton pada tahun ini, lebih tinggi dibandingkan proyeksi awal di US5 230 per ton.
Sementara untuk harga rata-rata 2022 hingga 2026, Fitch Solutions memperkirakan berada di kisaran US$ 246/ton dari signifikan dari proyeksi sebelumnya US$ 159/ton.
Setidaknya dengan katalis tersebut, harga saham emiten batu bara masih berpeluang untuk tetap tinggi begitu juga dengan kinerja keuangannya, asalkan dari sisi produksi tidak mengalami gangguan.
(trp)